Total Tayangan Halaman

Senin, 30 Januari 2012

STRES DALAM KERJA

BAB I
PENDAHULUAN

Dimensi kinerja yang semakin terbatas watu dan dituntut untuk semakin meningkat, memaksa seseorang untuk terus men-eksplor dan menggali kemampuan fikiran, tenaga dan perhatian akan apa yang menjadi profesionnya demi memenuhi kapasitas profesionalitas yang terkadang dipaksakan. Tetapi terkadang manusia juga terus terlupa dan terlena akan kapasitas fisik dn fsikisnya sehinga terjadilah over loaded atau out of limit. Maka sampailah keadaan itu padak titik nadirnya terpuruk dan terjatuh dan terhempas pada suatu keadaan yang diluar kuasanya.
Belum lagi dihadapkan pada keadaan yang tidak sejalan dan searah dengan kehendak atau tujuan yang ditetapkan atau keadaan yang ideal sehingga terjadi konflik. Konflik yang terjadi baik pada tantangan kerja yang tidak sesuai atau pada atasan yang kurang harmonis atau konflik dengan rekan kerja atau yang paling parah adalah konflik personal internal atau konflik pribadi. Hal ini akan menjadikan kondisi seseorang menjadi terjebak dalam kondisi yang sering atau kerap di sebut sebagai stres.
Stres bisa mengganggu pencapaian tujuan. Stres adalah bagian kondisi manusiawi, karena bisa berpengaruh positif, dimana akan memacu kinerja seseorang akan tetapi juga seringkali bersifat negatif  dimana seringkali menurunkan kualitas kinerja kita, untuk itu hendaknya kita memiliki kemampuan mengelola stres.
Jadi stres adalah kondisi dimana seseorang tidak sanggup mengontrol (Uncontrolled) dirinya baik secara fisik maupun fsikis. Stres adalah kondisi seseorang berada pada kondisi terlemah. Menurut Ahmad Sudraja
“Stres adalah suatu kondisi tegangan (tension) baik secara faal maupun psikologis yang diakibatkan oleh tuntutan dari lingkungan yang dipersepsi sebagai ancaman”.
Berdasar pada uraian di atas untuk mengurangi atau memanfaatkan stres agar berpengaruh posistif baik pada kinerja seseorang juga efektifitas dan kinerja sebuah orgnisasi seyogyanya diperhatikan penyebab, gejala-gejala stres juga solusi yang terbaik bagi personal maupun organisasi.
















BAB II
STRES DALAM ORGANISASI

A.    Pengertian Stres
Stres terjadi karena adanya stressing atau tekanan atau berada pada kondisi dimana merasakan adanya tekanan.
Menurut Dr. Hans Selye dalam Dr. H. Dadi Permadi, M.Pd. dan Dr. H. Daeng Arifin, M.Si. (2010:149) Stres adalah respons badan (body) yang tidak Khusus terhadap berbagai tekanan dan tantangan yang terjadi baik dalam dunia kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari.

B.    Stres Dalam Organisasi
Stres terjadi dalam sebuah organisasi dikarenakan terjadinya ketidak sinergisan antar anggota dalam kelompok tersebut. Selanjutnya adalah adanya perbedaan misi dan visi dalam organisasi. Ketidak cakapan pemimpin dalam mengatur organisasi atau adanya ketimpangan dalam menentukan kebijakan terhadap hal-hal yang seharusnya diselesaikan dengan adil. 

C.    Macam-macam Stres
Stres terdiri dari dua macam;
1.    Eustres; stres ini adalah stres yang baik, biasanya masih dalam kondisi sedang-sedang saja. Ia masih bisa dikelola dan bisa memicu dan meningkatkan produktifitas kinerja seseorang baik dalam dunia kerja maupun dalam kehidupan. Stres ini bisa merangsang seseorang untuk meningkatkan motifasi dan inofasi.
2.    Distres; stres ini adalah stres yang berat yang dapat menimbulkan sakit baik jasmani maupun kejiwaan. Banyak orang menjadi gila, terjadi out of mind (bahkan bunuh diri) bila menghadapi stres yang berat dan berkepanjangan.
D.    Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Stres
Banyak sekali faktor yang bisa menyebabkan seseorang berada pada kondisi stres antara lain;
Secara umum penyebab stres antara lain:

1.    Ancaman.
Persepsi tentang adanya ancaman membuat seseorang merasa stres, baik ancaman fisik, sosial, finansial, maupun ancaman lainnya. Keadaan akan menjadi buruk bila orang yang mempersepsikan tentang adanya ancaman ini merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan tindakan apa pun yang akan bisa mengurangi ancaman tersebut.
2.    Ketakutan
Ancaman bisa menimbulkan ketakutan. Ketakutan membuat orang membayangkan akan terjadinya akibat yang tidak menyenangkan, dan hal ini membuat orang menjadi stres.
3.    Ketidakpastian
Saat kita merasa tidak yakin tentang sesuatu, maka kita akan sulit membuat prediksi. Akibatnya kita merasa tidak akan dapat mengendalikan situasi. Perasaan tidak mampu mengendalikan situasi akan menimbulkan ketakutan. Rasa takut menyebabkan kita merasa stres.
4.    Disonansi kognitif
Bila ada kesenjangan antara apa yang kita lakukan dengan apa yang kita pikirkan, maka dikatakan bahwa kita mengalami disonansi kognitif, dan hal ini akan dirasakan sebagai stres. Sebagai contoh, bila kita merasa bahwa kita adalah orang yang baik, namun ternyata menyakiti hati orang lain, maka kita akan mengalami disonansi dan merasa stres. Disonansi kognitif juga terjadi bila kita tidak dapat menjaga komitmen. Kita yakin bahwa diri kita jujur dan tepat janji, namun adakalanya situasi/lingkungan tidak mendukung kita untuk jujur atau tepat janji. Hal ini akan membuat kita merasa stres karena kita terancam dengan sebutan tidak jujur atau tidak mampu menepati janji.
Selain faktor di atas penyebab stres juga bisa terjadi secara personal maupun organisasi antara lain karena beberapa hal, yakni :
1.    Personal
Stres bisa terjadi secara:
•    Psychological (kejiwaan) seperti cemas karena sesuatu;
•    Physical (badan) seperti kurang gizi, kerja berat, dan kecapaian;
•    Social, seperti rendahnya hubungan sosial dengan fihak lain;
•    Emotional, seperti ketakutan akan sesuatu, merasa bersalah, atau berdosa, merasa terhina, merasa ditekan;
•    Financial, seperti kekurangan uang atau materi. Kematian, baik kematian pasangan, keluarga, maupun teman;
•    Kesehatan: kecelakaan, sakit, kehamilan;
•    Kejahatan: penganiayaan seksual, perampokan, pencurian, pencopetan;
•    Penganiayaan diri: penyalahgunaan obat, alkoholisme, melukai diri sendiri;
•    Perubahan keluarga: perpisahan, perceraian, kelahiran bayi, perkawinan;
•    Masalah seksual;
•    Pertentangan pendapat: dengan pasangan, keluarga, teman, rekan kerja, pimpinan;
•    Perubahan fisik: kurang tidur, jadual kerja baru;
•    Tempat baru: berlibur, pindah rumah;
•    Keuangan: kekurangan uang, memiliki uang, menginvestasikan uang;
•    Perubahan lingkungan: di sekolah, di rumah, di tempat kerja, di kota, masuk penjara;
•    Peningkatan tanggung jawab: adanya tanggungan baru, pekerjaan baru.
2.    Organisasi
Dalam organisasi stres bisa terjadi akibat;
•    Beban kerja yang berat;
•    Putus hubungan dengan relasi;
•    Tujuan yang sulit dicapai atau target sasaran yang tidak tercapai;
•    Peran yang tidak jelas tugas yang sulit dipecahkan;
•    Kewenangan yang terbatas sedang tangung jawab tinggi;
•    Kondisi pekerjaan yang kurang menyenangkan;
•    Kurang rasa aman dalam bekerja;
•    Konflik peran;
•    Berbagai perubahan yang tiba-tiba dan diberhentikan dari jabatan;
•    Terlalu banyak bepergian;
•    Tuntutan tugas;
•    Pengendalian terhadap pegawai, yang berhubungan dengan bagaimana para pegawai melaksanakan pekerjaannya;
•    Dukungan yang didapatkan dari rekan kerja dan pimpinan;
•    Hubungan dengan rekan kerja;
•    Pemahaman pegawai tentang peran dan tanggung jawab;
•    Seberapa jauh instansi tempat bekerja berunding dengan pegawai baru.

E.    Gejala-gejala Stres
Stres berpengaruh terhadap diri seseorang baik dilihat dari fisik maupun psikis. Untuk dapat mengelola stres kita harus mengamati stres dari gejala-gejalanya terlebih dahulu, baik secara emosional maupun fisikal. Walaupun saat seseorang mengalami stres belum tentu manampakan gejala secara keseluruhan setidaknya kita bisa mengamati beberapa indikator yang nampak.
Gejala atau indikator stres baik secara emosional maupun fisikal akan kita amati pada tabel berikut:

Gejala Emosional/Kognitif    Gejala Fisik
•    Mudah merasa ingin marah;
•    Merasa putus asa saat harus menunggu sesuatu;
•    Merasa gelisah;
•    Tidak dapat berkonsentrasi;
•    Sulit berkonsentrasi;
•    Jadi mudah bingung;
•    Bermasalah dengan ingatan (mudah lupa, susah mengingat);
•    Setiap saat memikirkan hal-hal negatif;
•    Berpikir negatif tentang diri sendiri;
•    Mood naik turun (mood mudah berubah-ubah, misalnya merasa gembira tapi tak lama kemudian merasa bosan dan ingin marah);
•    Makan terlalu banyak;
•    Makan padahal tidak lapar;
•    Merasa tidak memiliki cukup energi untuk menyelesaikan sesuatu;
•    Merasa tidak  mampu mengatasi masalah;
•    Sulit membuat keputusan;
•    Emosi suka meluap-luap (baik gembira, sedih, marah, dan sebagai- nya);
•    Biasanya merasa marah dan bosan;
•    Kurang memiliki sense of humor.    •    Otot-otot tegang;
•    Sakit punggung bagian bawah;
•    Sakit di bahu atau leher;
•    Sakit dada;
•    Sakit perut;
•    Kram otot;
•    Iritasi atau ruam kulit yang tidak dapat dijelaskan kategorinya;
•    Denyut jantung cepat;
•    Telapak tangan berkeringat;
•    Berkeringat padahal tidak melakukan aktivitas fisik;
•    Perut terasa bergejolak;
•    Gangguan pencernaan dan cegukan;
•    Diare;
•    Tidak dapat tidur atau tidur berlebihan;
•    Napas pendek;
•    Menahan napas.



F.    Tahapan-tahapan Stres
Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. Amberg (dalam Hawari, 2001) membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :
1.    Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: 1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting); 2) Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya; 3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
2.    Stres Tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut: 1) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar; 2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang; 3) Lekas merasa capai menjelang sore hari; 4) Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort); 5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar); 6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang; 7) Tidak bisa santai.
3.    Stres Tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu: 1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan “maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare); 2) Ketegangan otot-otot semakin terasa; 3) Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat; 4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late insomnia); 5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa loyo dan serasa mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.
4.    Stres Tahap IV
Gejala stres tahap IV, akan muncul: 1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit; 2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit; 3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate); 4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari; 5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan; Seringkali menolak ajakan (negativisme) karena tiada semangat dan kegairahan ; 6) Daya konsentrasi daya ingat menurun; 7) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.
5.    Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan psychological exhaustion); 2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana; 3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder); 4) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.
6.    Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut: 1) Debaran jantung teramat keras; 2) Susah bernapas (sesak dan megap-megap); 3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran; 4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan; 5) Pingsan atau kolaps (collapse). Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsi) organ tubuh, sebagai akibat stressor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
G.    Reaksi Adaftasi Terhadap Stres
Menurut Hans Selye (1974), ada 3 tahap reaksi adaptasi seseorang terhadap stres, yaitu:
    Tahap 1: Alarm Reaction. Gejala muncul sebagai respons permulaan terhadap adanya stres, misalnya karena harus menyusun Persiapan Mengajar Harian, seorang guru baru mendadak sakit perut/mulas-mulas.
    Tahap 2: Resistance. Seseorang yang sudah terbiasa menghadapi stres pada akhirnya akan lebih tahan (resisten) terhadap stres. Pada tahap ini, seseorang menemukan adaptasi yang baik terhadap situasi yang menimbulkan stres, sehingga alarm reaction menurun. Namun adakalanya pada tahap ini timbul diseassis of adaptation, yaitu suatu keadaan dimana seolah-olah seseorang sudah beradaptasi dengan situasi yang menimbulkan stres, padahal sebenarnya adaptasinya tidak tepat sehingga timbul penyakit-penyakit seperti darah tinggi, maag, eksem, dan sebagainya.
    Tahap 3: Exhaustion. Tahap ini adalah suatu keadaan dimana seseorang benar-benar sakit, yang terjadi bila stres terus menerus dialami dan orang tersebut tidak dapat mengatasinya. Pada tahap ini gejala sudah lebih berat, misalnya seseorang menjadi benar-benar putus asa, mengalami halusinasi, delusi, dan bahkan kematian.

H.    Mengelola/menanggulangi Stres 
1.    Personal (dalam kehidupan)
    Bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah membuat manusia lupa akan diri, apa, siapa, darimana, dan akan kemana? Bahwa Allah telah memberikan segalanya, dari anggota badan, keluarga, alam lingkungan, maka Allah berfirman “Maka Nikmat Apalagi Yang Akan Engkau Dustakan”. Sekecil apapun nikmat yang Allah berikan maka Syukurilah, (QS: Ibrahim: 7) berbunyi : Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan “Ingatlah jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.
    Sadar akan keterbatasan
Besar dan tingi keinginan manusia tetap yang menentukan itu adalah Allah yang maha kuasa. Manusia diciptakan dengan kekurangan dan kelebihannya, karena hanyalah Allah yang maha sempurna.
    Mengambil hikmah
Segala yang terjadi manis dan pahit dibaliknya senantiasa ada hikmah yang mengikutinya. Maka patutlah manusia mengambil pelajaran atas segala yang telah terjadi. Senantiasalah bersabar dan berserah diri dan bersabar karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar. Semua yang terjadi alah atas ketentuan yang maha kuasa. Pandanglah setiap kejadian dari segala sisi tidak berlebihan dalam memandang suatu hal, karena Allah tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan.
    Meminimalisir terjadinya konflik
Pandanglah suatu dari sisi positif dan berbaik sangka maka akan meminimalisir terjadinya konflik. Bekerja sesuai denga tufoksinya dan tidak melihat dari apa yang dilakukan orang lain untuk kita tetapi dari apa yang dilakukan kita untuk orang lain,
    Introsfeksi
Saat terjadisesuatu yang buruk terhadap kita, jangan menyalahkan orang lain tetapi lihat ke dalam diri kita apa dan bagaimana apa yang telah dilakukan sehingga terjadi hal yang tidak diharapkan. Karena manusia akan menuai apa yang dia tanam.

2.    Dalam organisasi
Pertama, cara ini merupakan cara yang spontan dan tidak disadari, dimana pengelolaan stres berpusat pada emosi yang dirasakan. Dalam istilah psikologi diklasifikasikan sebagai defense mechanism. Beberapa perilaku yang tergolong kedalam kelompok ini adalah:
1.    Acting out, yaitu menampilkan tindakan yang justru tidak mengatasi masalah. Perilaku ini lebih sering terjadi pada orang yang kurang mampu mengendalikan/menguasai diri, misalnya merusak barang-barang di sekitarnya.
2.    Denial, yaitu menolak mengakui keadaan yang sebenarnya. Hal ini bisa bermakna positif, bisa pula bermakna negatif. Sebagai contoh, seseorang guru menyadari bahwa dirinya memiliki kelemahan dalam berbahasa Inggris, namun ia terus berupaya untuk mempelajarinya; bisa bermakna positif bila dengan usahanya tersebut terjadi peningkatan kemampuan; bermakna negatif bila kemampuannya tidak meningkat karena memang potensinya sangat terbatas, namun ia tetap berusaha sampai mengabaikan pengembangan potensi lain yang ada dalam dirinya.
3.    Displacement, yaitu memindahkan/melampiaskan perasaan/emosi tertentu pada pihak/objek lain yang benar-benar tidak ada hubungannya namun dianggap lebih aman. Contohnya: Seorang guru merasa malu karena ditegur oleh Kepala Sekolah di depan guru-guru lain, maka ia melampiaskan perasaan kesalnya dengan cara memarahi murid-murid di kelas.
4.    Rasionalisasi, yaitu membuat alasan-alasan logis atas perilaku buruk. Contohnya: Seorang Kepala Sekolah yang tidak menegur guru yang membolos selama 3 hari mengatakan bahwa ia tidak menegur guru tersebut karena pada saat itu ia sedang mengikuti pelatihan untuk kepala sekolah di ibukota provinsi.
Kedua, cara yang disadari, yang disebut sebagai direct coping, yaitu seseorang secara sadar melakukan upaya untuk mengatasi stres. Jadi pengelolaan stres dipusatkan pada masalah yang menimbulkan stres. Ada dua strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres, yaitu:
1.    Meningkatkan toleransi terhadap stres, dengan cara meningkatkan keterampilan/kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya, Secara psikis: menyadarkan diri sendiri bahwa stres memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda. Secara fisik: mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di televisi, berolahraga secara teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan sebagainya.
2.    Mengenal dan mengubah sumber stres, yang dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan, yaitu:  (a) bersikap asertif, yaitu berusaha mengetahui, menganalisis, dan mengubah sumber stres. Misalnya: bila ditegur pimpinan, maka respon yang ditampilkan bukan marah, melainkan menganalisis mengapa sampai ditegur; (b) menarik diri/menghindar dari sumber stres. Tindakan ini biasanya dilakukan bila sumber stres tidak dapat diatasi dengan baik. Namun cara ini sebaiknya tidak dipilih karena akan menghambat pengembangan diri. Kalaupun dipilih, lebih bersifat sementara, sebagai masa penangguhan sebelum mengambil keputusan pemecahan masalah; dan (c) kompromi, yang bisa dilakukan dengan konformitas (mengikuti tuntutan sumber stres, pasrah) atau negosiasi (sampai batas tertentu menurunkan intensitas sumber stres dan meningkatkan toleransi terhadap stres).

I.    Stres di Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan rumah kedua baik bagi siswa maupun guru atau tenaga kependidikan lainnya. Sepintas sepertinya kita bisa menyaksikan siswa yang bermain dengan riang atau belajar dengan tekun. Siklus atau rutinitas kehidupan sekolah yang cenderung stagnan dan monoton juga kondisi tertentu seperti ujian nasional, ujian sekolah ujian praktek dan lain-lain menjadikan intensitas stres yang tinggi.
Stres yang dialami di sekolah terjadi pada berbagai sektor antara lain:
1.    Pada siswa
Banyak pendapat bahwa stres pada siswa tidak setinggi pada orang dewasa. Namun hal itu ternyata salah besar. Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 1950 stres pada usia anak sama besarnya dengan stres yang dialami pada orang yang berusia 25 tahun.
Gejala stres pada anak seringkali dapat dilihat indikasinya antara lain, pada:
•    Jerawat, problem pencernaan,
•    Insomnia,
•    Kelelahan,
•    Sakit kepala,
•    Masalah sewaktu buang air,
•    Maupun reaksi psikosomatik lainnya mungkin merupakan tanda-tanda bahwa ada tekanan pada diri anak.
Faktor-faktor pemicu stres pada siswa antara lain adalah
    Tekanan Orang Tua
Orang tua ingin yang terbaik dengan masa depan anaknya. Untuk mencapai nilai terbaik, maka orang tua membebani anak-anaknya dengan berbagai kursus pelajaran yang dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kesehatan anak, istirahatnya, dan perkembangannya.
Banyak orang tua tidak menyadari bahwa membantu si anak merasa relaks justru akan menyegarkan pikiran dan membantunya belajar dengan lebih baik. Sebaliknya para orang tua terus membebani anak-anak mereka untuk mendapatkan prestasi terbaik dan lulus ujian dengan memuaskan.
    Tekanan Guru
Sama seperti orang tua, banyak guru ingin siswanya mendapat nilai terbaik. Guru selalu mendorong muridnya untuk unggul dalam pelajaran, terutama jika muridnya cukup berprestasi.
Mengapa guru juga ikut menekan murid-muridnya mendapat nilai terbaik? Karena reputasi guru dan sekolah dipertaruhkan saat Ujian Sekolah khususnya Ujian Nasional.

    Tekanan dari Sesama Siswa
Semangat kompetisi akan semakin memanas menjelang ujian sekolah. Setiap siswa berlomba-lomba untuk menunjukkan prestasi terbaik. Bahkan segala cara dilakukan untuk meraih nilai tertinggi termasuk menyontek maupun mencari bocoran soal.
    Tekanan dari Diri Sendiri
Siswa berprestasi cenderung menjadi perfeksionis. Sehingga jika suatu kemunduran atau kegagalan terjadi, entah itu nyata atau masih belum terjadi, dapat membuat stres dan depresi.
2.    Pada Guru
Beban dan tekanan yang dialami seorang guru dalam melaksanakan tugas dan menjalani kehidupan yang stagnan, beban hidup yang semakin tinggi tuntutan hidup yang makin meningkat menjadikan tekanan yang sangat luar biasa sehingga tidak jarang siswa menjadi sasaran melampiaskan segalanya.
Keinginan siswanya mencapai nilai yang bagus, mengimbangi beban tugas yang bebankan, menghadapi kebijakan pimpinan yang acapkali tidak selaras dengan keinginan atau idealnya. Menghadapi ujian dimana kehawatiran ketidaklulusan siswa, dan banyak lagi berbagai beban dan tugas yang terkadan menjadi tekanan yang amat hebat dan guru menjadi stres yang pada akhirnya meningalkan tugasnya.

3.    Pada Kepala Sekolah
Kepala sekolah selaku pimpinan fungsional juga dapat terkena stres adapun indikasi stres bagi kepala sekolah antara lain:
o    Adanya konflik baik internal maupun eksternal;
o    Merasa perannya sangat menjadi beban dan merasa tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik;
o    Beban karena merupakan pembuat keputusan;
o    Beban kerja dan moral;
o    Beban kehidupan dalam rumah tangga;
o    Kompetensi Vs tuntutan pekerjaan.

J.    Cara Menghadapi Stres di Sekolah
Stres merupakan beban dan tekanan yang sangat berat dan perlu penyelesaian dengan segera. Stres ibarat sebuah penyakit, membutuhkan segera pengobatan dan pemulihan sehingga tidak menghambat kinerja dan inovasi guru dalam menjalankan tugas dan amanah sebagai Warosatul Ambiya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola stres di sekolah adalah:
    Kenali penyebabnya
     Jika Anda mulai stres di sekolah, misalnya saat menghadapi ujian sekolah, cobalah mencari tahu penyebab stres tersebut. Apakah disebabkan karena tekanan dari diri sendiri, dari orang tua, dari guru, atau dari sesama siswa? Cari penyebab stres yang paling menyebabkan beban tertinggi.
     Jangan membawa permasalahan yang terjadi di rumah ke sekolah dan atau sebaliknya;
     Jika terjadi ketidak sesuaian baik dengan atasan maupun dengan rekan kerja, bicarakanlah jika permasalahannya berat lakukan mediasi dengan orang yang kompeten atau orang terdekat yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan.
     Jangan jadikan tugas sebagai beban bahkan kewajiban tetapi suatu kebutuhan dan ladang amal yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat dengan jembatan amanah, empati, dan simpati.
    Rencanakan tanggapan
     Lulus ujian dengan nilai terbaik memang impian setiap siswa. Namun jika itu tidak tercapai, maka apa yang harus Anda lakukan? Apakah penurunan prestasi atau kegagalan menjadi akhir segala-galanya? Tentu tidak.
     Buat jurnal dengan baik.
     Berbuat yang terbaik tetapi tidak harus mendapatkan yang terbaik.
     Jika sejak awal Anda sudah mempersiapkan tanggapan yang akan Anda berikan jika terjadi kegagalan, beban Anda akan semakin berkurang. Anda sudah siap jika terjadi kegagalan. Misalnya Anda sudah mempersiapkan jawaban kepada orang tua Anda atau guru Anda jika kegagalan Anda dipermasalahkan.
    Segera selesaikan pekerjaan dan masalah
     Masalah tidak akan hilang dengan sendirinya. Bahkan suatu masalah akan bertambah parah jika sedang stres. Cobalah segera selesaikan masalah sejak awal. Misalnya jika Anda mengalami kesulitan belajar, coba untuk berlatih jauh-jauh hari sebelum masa ujian sekolah. Hal ini akan membantu mempersiapkan diri Anda.
     Membuat administrasi pembelajaran dengan rinci dan jelas dan menjalankan dengan benar.
    Bantuan orang lain
Jika beban bertambah berat dan Anda tidak sanggup menghadapinya, jangan pikul sendirian. Coba berbagi dan berkomunikasi dengan orang lain khususnya orang tua, orang yang terdekat yang dapat membantu menyelesaikan masalah. Diskusikan dengan mereka cara mengatasinya. Ini merupakan cara terbaik untuk mengelola stres saat situasi sudah begitu berat.
    Manajemen waktu
Aturlah waktu seefektif mungkin jangan menunda suatu pekerjaan karena akan menyebabkan pekerjaan semakin menumpuk dan akan menghabiskan waktu yang sangat banyak dalam menyelesaikannya.
    Manajemen kebutuhan pribadi
Manajemen pribadi adalah manajemen qolbu sederhanakan permasalahan yang kita hadapi tapi bukan menyepelekannya.
    Olah raga
Berolahraga walaupun sejenak akan membuat aliran darah yang terhambat yang diakibatkan oleh stres atau tekanan yang mengakibatkan peredaran darah tidak lancar.
    Makan makanan yang bergizi
Beban pekerjaan dan beban fikiran akan menguras energi tubuh kita. Oleh karena itu tubuh membutuhkan Gizi yang seimbang.. Bila tidak diimbagi oleh gizi yang baik maka kondisi tubuh akan menjadi lemah dan akan membuat rentan terhadap berbagi penyakit.
    Berfikir positif
Ketika kita membawa kita pada syakwa sangka yang negatif maka kita akan merasa dan berada pada situasi terancam, dan itu akan membebankan fikiran. Dan menjadikan kita stres. Maka ketika kita berfikir positff maka kita akan merasa relaks dan aman yang akan melahirkan perasaan yang tenang.
    Mempererat hubungan
Mengembangkan hubungan antar pribadi maka permasalahan akan cepat terselesaikan dan akan merasa lebih akrab sehingga tidak ada kecanggungan tapi tanpa melanggar batas-batas atau norma-norma/aturan-aturan secara struktural.
    Meditasi (berdo’a)
Meditasi adalah mengosongkan fikiran melupakan sejenak beban-beban pekerjaan yang mnghimpit dan membuat stress.
Bagi kaum muslimin sholat adalah jalan terbaik dalam mengosongkan dan menghilangkan/meringankan beban fikiran karena dengan solat kita menyerahkan sepenuhnya bahwa keputusan yang terbaik adalah berada di tangan yang maha kuasa, sseraya kita mengadukan keluhan dan beban yang menghimpit batin dan jiwa kita tanpa akan dihianati. Karena tuhan adalah sebenar-benarnya dan sezat-nya sahabat.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bersabar dan berserah diri adalah keputusan yang tertinggi yang bisa dilakukan seorang manusia. Segala yang terjadi pada manusia, manis dan pahit, dibaliknya senantiasa ada hikmah yang mengikutinya. Maka patutlah manusia mengambil pelajaran atas segala yang telah terjadi. Senantiasalah bersabar dan berserah diri karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar. Semua yang terjadi adalah atas ketentuan yang maha kuasa. Pandanglah setiap kejadian dengan tidak berlebihan, karena Allah tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan.
Jika terjadi tekanan atau beban yang berat maka berserah dirilah kepada Allah karena Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi kapasitas yang kita miliki.
Manajeman stres adalah manajemen kognitif (fikir/akal), qolbu (iman) yang merupakan hasil dari tata nilai ilmu.

    Manajemen qolbu/ Iman
Kepasrahan atas segala hasil usaha yan maksimal kepada dzat yang “maha meng qobul-kan” segala usaha. Keyakinan atas segala ketentuan Allah Aza Wajalla, atas segala rahman-rakhim-Nya, bahwasannya Allah menentukan dan memberikan yang terbaik, bahwasannya Allah akan memberikan sesuatu sesuai yang disangkakan mahluknya, maka berhusnudzonlah kepada-Nya.
Sebagaimana yang tersurat dalam Alqur’an;
QS 3: 2
“dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rizki buah-buahan dalam syurga-syurga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk meraka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.


    Kogntif (akal/fikir)
Manusia diwajibkan “membaca” dengan akalnya yang dianugrahkan Allah kepada kita umat manusia. Membaca dalam artian menyimak dan merenungkan alam sekitar, membaca setiap kejadian, merenungkan setiap apa yang telah kita perbuat, benarkah? Salahkah? Apakah menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain? Apakah merugikan orang lain? Serangkaian pemikiran yang akan membawa kita kepada maaf dan memaafkan, dengan konsep yang sering kita sebut sebagai “Evadir”Nya antara lain;
1.    QS 2:255
“Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (mahluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kemampuan-Nya apa yang dilangit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at disisi Allah tanpa ijin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan dibelakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.

2.    QS 55:1-4
“(Tuhan) yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara”.

3.    QS 91:1-7
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringnya, dan siang apabila menampakannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),”

4.    QS 92: 18-21
“Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu ni’mat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (Dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.”

B.    Peringatan Allah Bagi Orang yang Tdak Mau Berfikir dan Bersyukur
Peringatan Allah bagi bagi orang yang tak mau berfikir dan tidak mau bersyukur atas segala yang diberikan Allah sehingga mengalami rasa kekurangan sehinga terjebak dalam dunia yang dibangunnya sendiri yakni yang dinamakan Stres. 
Allah telah memberikan dengan jelas dan lugas dalam firman-firmanNya antara lain;
1.    QS 2: 7
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat”.

2.    QS 4: 105, 131, dan 134
Ayat 105 “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan aa yang Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat”,

Ayat 131 “ Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerinthkan kepada orang-orang yang diberi  kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetap jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

Ayat 134 “Barang siapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.

3.    QS 6: 39 dan 46
Ayat 39 “Dan orang-orang yang mendustaka ayat-ayat kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita barang siapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya dia menjadikan nya berada di atas jalan yang lurus”.

Ayat 46 “ katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran daan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu? “perhatikanlah, bagaimana kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga)”.

4.    QS 90: 5
“Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya?

Dalam QS 55 terdapat sebanyak 31 kali pengulangan peringatan yang berbunyi “Maka Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

C.    Solusi stres Berdasarkan Kalam Ilahi
Allah pun memberikan keterangan sebagai penghiburan dan solusi atas segala yang dialami dan kejadian terburuk (menurut pandangan manusia), antara lain:
1.    QS 2: 62, 72, 212
Ayat 62 : “Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang yahudi, orang-orang nasrani dan orang-orang shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah hari kemudian daan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari tuhan mereka tida ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.

Ayat 72: ”Dan “(Ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan”.

Ayat 212: “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia dari pada mereka dihari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas”.

2.    QS 90: 4, 18
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.”
“.............mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan”.
Demikianlah ayat-ayat Allah membimbing dan memberi rambu-rambu kepada langkah-langkah umat manusia dalam menjalankan kewajibannya sebagai khalifah di muka bumi. Allah tiada memberikan beban melainkan sesuai takaran kemampuan setiap manusia. Dibalik kesukaran yang dialami ada hikmah indah yang menanti. Dan apabila kita menjalankan cobaan dan ujian dari Allah maka Allah menjanjikan pahala yang setimpal. Amin.























DAFTAR PUSTAKA
1.    Tim Dosen Administrasi pendidikan UPI. ALFABETA. 2009. Manajemen PENDIDIKAN

2.    Dr. H. Dadi Permadi, M.Ed. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri Kepala Sekolah

3.    Dr. H. Dadi Permadi, M. Ed. Dan Dr. H. Daeng Arifin, M.Si. PT. Sarana Panca Karya. 2002. Kepemimpinan Transpormasional Kepala Sekolah

4.    Dr. H. Dadi Permadi, M. Ed. Dan Dr. H. Daeng Arifin, M.Si. Nusa Aulia. 2010. The Smiling Teacher

5.    WWW@google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar