Total Tayangan Halaman

Senin, 30 Januari 2012

JENIS MOTIVASI YANG BERPENGARUH DALAM KINERJA GURU

BAB I
PENDAHULUAN



Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 
Berdasarkan UU Sisdiknas tersebut pendidikan harus dapat meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan YME, kecerdasan, keterampilan , dan mempertinggi budi pekerti peserta didik, serta   berorientasi ke depan dengan ruang lingkup materi tidak hanya merupakan perbendaharaan ilmu pengetahuan yang harus dihapalkan atau keterampilan yang spesifik tetapi merupakan susunan yang sedemikian rupa sehingga peserta didik menjadi seseorang yang mampu memecahkan permasalahan dalam kehidupannya.
Sekolah sebagai ujung tombak dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional tersebut, dituntut tidak hanya sebagai pelaksana tetapi juga harus mampu melakukan pengembangan aspek program yang dibutuhkannya dan sekaligus memberikan perspektif terhadap kepentingan pembangunan yang lebih luas. Langkah yang dilakukan pemerintah hanyalah dalam kerangka penguatan kemampuan sekolah dan pengutan potensi masyarakat. Sehingga para pengelola sekolah dihadapkan pada suatu proses yang terbuka bagi pemikiran dan keterampilan baru. Sehingga pelibatan sekolah akan merupakan media untuk terjadi proses penerimaan dan pengalihan kemampuan masyarakat dalam mengelola aspek program yang dibutuhkannya.
Guru adalah salah satu penentu keberhasilan pendidikan. Tugas utama guru sebagai pendidik di sekolah, melakukan tugas-tugas kinerja pendidikan dalam bimbingan, pengajaran dan latihan. Semua kegiatan itu sangat terkait dengan upaya pengembangan para peserta didik melalui keteladanan, penciptaan lingkungan pendidikan yang kondusif, membimbing, mengajar dan melatih peserta didik. Dengan demikian maka, begitu penting keberadaan guru sebab segala bentuk kebijakan dan program pendidikan pada akhirnya akan ditentukan oleh kinerja dari seorang guru.
Guru merupakan sentral dalam kegiatan penyelenggaraan pendidikan. Tanpa guru tidak mungkin ada pembelajaran, tanpa guru tidak mungkin sekolah tertib dan disiplin, tanpa guru tidak mungkin peserta didik berprestasi, tanpa guru tidak mungkin ada perubahan. Sehingga dengan demikian untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang diperlukan guru yang professional, guru yang mempunyai kompetensi, berkomitmen dan bertanggungjawab terhadap peran dan fungsinya, yang semuanya itu diaktualisasikan dalam bentuk  kinerja guru yang optimal.
    Kinerja merupakan penampilan hasil kerja guru baik secara kuantitas maupun kualitas. Faktor-faktor yang mempengeruhi kinerja mengajar guru sebagaimana dikemukakan Wintomo (2008:3) meliputi (1). individu, yang meliputi skill, latar belakang dan demografi, (2). Organisasi yang meliputi sumber daya kinerja, kepuasaan kerja, struktur dan desain pekerjaan, (3) psikologis yang meliputi intelektual, persepsi, sikap kepribadian, dan motivasi.
    Berdasarkan uraian tersebut kinerja dari seorang guru salah satunya ditentukan oleh motivasi. Dalam makalah ini yang menjadi permasalahan adalah jenis motivasi yang bagaimana yang akan mempengaruhi kinerja dari seorang guru.








BAB II
KONSEP


1.    Teori Motivasi
Teori motivasi menurut Suderadjat ( BK5 S2 Motivasi ) terdiri dari Hierarkhi Kebutuhan Maslow, Alderfer, Teori Dua Faktor Herzberg, dan  Teori Kebutuhan McClelland
Maslow dalam Suderajat (BK 5 S2 Motivasi slide 6), menyusun hierarki kebutuhan (Maslow's need herarchy), yang menjelaskan tentang perilaku manusia ke dalam lima jenis kebutuhan yaitu:
1.    Physiological, kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal dan bebas dari rasa sakit.
2.    Safety and security, kebutuhan akan bebas dari ancaman,
3.    Belongingness, social and love, kebutuhan akan persahabatan, afiliasi, interaksi dan cinta,
4.    Esteem, kebutuhan akan harga diri dan dihormati orang lain,
5.    Self actualization, kebutuhan untuk menjadi dirinya sendiri secara maksimum.
Hierarkhi  Kebutuhan Maslow dalam Pekerjaan  menurut  Suderajat (BK 5 S2 Motivasi slide 7), yaitu :
1.    Physiological, menerima gaji yg cukup utk hidup, bekerja di lingkungan yg nyaman,
2.    Safety and security, kenaikan gaji secara teratur, memiliki asuransi, dan bekerja di lingkungan yg bebas dari bahaya,
3.    Belongingness, social and love, diterima oleh teman pribadi dan profesional, bekerja dlm kelompok yg sebanding dlm supervisi yg mendukung,
4.    Esteem, memperoleh penghargaan atas kinerja, menerima promosi dan menghasilkan reputasi yg luar biasa antar rekan kerja,
5.    Self actualization, keberhasilan dlm bisnis, membimbing orang lain, dan ibadah sosial lainnya,



Hierarkhi Kebutuhan Alderfer menurut  Suderajat (BK 5 S2 Motivasi slide 8), yaitu :
1.    Existence, kebutuhan yg dapat dipuaskan oleh faktor: makanan, udara, imbalan, dan kondisi kerja,
2.    Relatedness, kebutuhan yg dapat dipuaskan oleh faktor: hubungan sosial dan interpersonal yg berarti,
3.    Growth, kebutuhan yg dapat dipuaskan jika individu membuat kontribusi yg produktif dan kreatif,
Teori Dua Faktor Herzberg menurut Suderajat (BK 5 S2 Motivasi slide 9), yaitu :
1.    Dissatisfier, (faktor higiene, untuk menghindarkan adanya ketidak puasan): gaji, keamanan pekerjaan, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, kualitas pengawasan teknis, kualitas hubungan interpersonal antar rekan kerja, dengan atasan dan bawahan,
2.    Satisfier, (motivator): pencapaian, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, hakikat pekerjaan, kemungkinan untuk tumbuh dan berkembang

Teori Kebutuhan McClelland  menurut Suderajat (BK 5 S2 Motivasi slide 10), yaitu :
1.    Need for achievement, n Ach, kebutuhan akan pencapaian,
2.    Need for affiliation, n Aff, kebutuhan akan afiliasi,
3.    Need for power, n Pow, kebutuhan akan kekuasaan, 

Teori kebutuhan menurut Maslow yaitu apabila kebutuhan tingkat bawah secara relatif telah terpenuhi maka akan timbul keinginan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut diduga akan merangsang guru-guru bekerja lebih efektif dan lebih efisien. Teori Maslow ini memberikan sumbangan yang berharga dalam memperhatikan kebutuhan-kebutuhan tingkat rendah para pekerja yang sebelumnya mungkin diabaikan pada suatu organisasi. Penjelasan tentang hierarki kebutuhan berkaitan erat dengan ekspresi terhadap kebutuhan manusia.
Hierarki kebutuhan seperti yang dijelaskan di atas disebut prepotency, bahwa kebutuhan yang lebih tinggi itu tidak penting, sampai dengan kebutuhan yang lebih rendah dapat terpenuhi. Kalau kebutuhan yang lebih rendah sudah dapat dipenuhi, maka akan segera muncul jenis kebutuhan berikutnya yang akan mendorong seseorang melakukan tindakan atau aktivitas tertentu.
Teori kebutuhan dari Mc.Clelland dalam Mangkunegara (2007:97) menyebutkan tiga dorongan kebutuhan yaitu: (1) Kebutuhan untuk berprestasi (Need of achievement), yaitu kebutuhan untuk memenangkan persaingan dengan standar keberhasilan yang baik; (2) Kebutuhan untuk memperluas pergaulan (Need of affiliation). Kebutuhan akan afiliasi merupakan keinginan seseorang untuk menjalin dan membina hubungan yang ramah, akrab dan bersahabat; (3) Kebutuhan untuk menguasai sesuatu (Need of power).
Teori ERG mengenalkan tiga kelompok inti dan kebutuhan-kebutuhan itu yakni: 1) kebutuhan akan keberadaan, yaitu suatu kebutuhan untuk tetap bisa hidup; 2) kebutuhan akan berhubungan, yaitu untuk menjalin hubungan dengan sesamanya melakukan hubungan sosial dan bekerja lama dengan orang lain; dan 3) kebutuhan untuk berkembang, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan keinginan instrinsik seseorang untuk mengembangkan dirinya.

2.     Motivasi
Yang dimaksud motivasi adalah faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan pekerjaannya agar lebih semangat untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik. Motivasi merupakan hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam upaya meningkatkan produktivitas. Memberikan motivasi berarti memberikan dorongan kepada seseorang untuk mau melakukan pekerjaan.
Kemauan bertindak seseorang akan timbul apabila ada keinginan yang memungkinkan dipenuhi melalui kegiatan tersebut. Jadi motivasi seseorang tidak akan muncul dengan sendirinya tanpa ada kemungkinan pemenuhan keinginan (kebutuhan) dari suatu kegiatan. Semakin banyak kreasi dalam tugas yang dirancang oieh seseorang akan menimbulkan semakin banyak keinginan, maka akan semakin bervariasi juga motivasi yang muncul untuk dapat memenuhi keinginan tersebut. Semakin banyak jenis keinginan maka seseorang akan berusaha menyusun tingkat urgensi dan keinginan tersebut, dan yang memperoleh prioritas paling tinggi, akan dilakukan upaya untuk memenuhinya.
Wahjosumidjo (1992:174) menyimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada seseorang. Sperling A dalam Mangkunegara (2007:93) mengemukakan bahwa: Motif didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Penyesuaian diri dikatakan untuk memuaskan motif).
Berdasarkan uraian tersebut maka motivasi merupakan kompleksitas dari kekuatan yang dimiliki seseorang, keinginan dan kebutuhan yang harus dipenuhi, dan kesemuanya dapat diarahkan untuk memberikan kekuatan untuk berbuat dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Sardiman A.M. dalam Sujanto B (2009:93) motif diartikan sebagai daya penggerak yang mendorong seseorang seseorang melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motif yang sudah aktif disebut motivasi. Sedangkan motivasi merupakan proses yang tidak dapat diamati, tetapi bisa ditafsirkan melalui tindakan individu yang bertingkah laku, sehingga motivasi merupakan konstruksi jiwa. Kedudukan motivasi sejajar dengan isi jiwa sebagai cipta (kognisi), karsa (konasi), dan rasa (emosi) yang merupakan tridaya (tigadaya) dalam diri manusia. Apabila cipta, karsa dan rasa yang melekat pada diri seseorang, dikombinasikan dengan motivasi, dapat menjadi catur daya atau empat dorongan kekuatan yang dapat mengarahkan individu mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan.
Perilaku yang timbul pada diri seseorang dalam rangka motivasi sebagai konsep manajemen  sebagaimana sering dinyatakan adalah didorong oleh adanya kebutuhan. Kebutuhan tersebut mendorong seseorang untuk berperilaku, sehingga perilaku orang tersebut selalu berorientasi pada tujuan untuk bisa terpenuhinya kebutuhan yang diinginkan. Setiap perilaku yang ditampilkan seseorang dalam organisasi, pasti dalam rangka terwujudnya suatu kepuasan.
Motif dapat juga diartikan sebagai "driving force" yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan berbuat dengan tujuan tertentu. Berkenaan dengan motivasi Hasibuan (1996:92) mengemukakan bahwa motivasi akan mempersoalkan cara mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilan untuk mewujudkan tujuan perusahaan.

3.    Motivasi Kerja Guru
Sebagaimana diungkap di awal bahwa motivasi adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam setiap usaha sekumpulan orang yang bekerja sama dalam rangka pencapaian suatu tujuan. Motivasi merupakan sebuah proses kejiwaan yang mencerminkan hubungan antara sikap kebutuhan persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Motivasi secara kejiwaan timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri atau disebut faktor intrinsik seperti motivasi kerja, pengalaman kerja, dan disiplin kerja dan faktor dari luar diri sendiri atau disebut faktor ekstrinsik antara lain kepemimpinan, lingkungan tempat bekerja, sarana/prasarana kerja.
Motivasi kerja guru memegang peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang guru dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Makin tinggi motivasinya maka keberhasilan pencapaian tujuan akan semakin tinggi pula. Namun demikian pemberian motivasi kepada para guru untuk melakukan kerjasama merupakan hal yang rumit, penyebabnya adalah karena manusia semakin tergantung antara satu sama lainnya, dan ada faktor-faktor lain yang saling berpengaruh sehingga masalah pemberian motivasi di dalam bekerja juga semakin rumit.
Dalam kinerja seseorang maka hal ini sangat ditentukan oleh faktor mental yang ada pada dirinya. Faktor mental yaitu suatu kondisi kejiiwaan yang mendorong seseorang untuk mampu mencapai prestasi secara maksimal. Berdasarkan pembahasan tentang pengertian motivasi, teori motivasi dan motivasi kerja guru maka°dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru adalah kebutuhan-kebutuhan yang mendorong guru untuk melakukan tingkah laku dan pekerjaan atau bisa dikatakan bahwa motivasi kerja guru adalah keseluruhan daya penggerak atau tenaga pendorong baik yang berasal dari dalam maupun dari luar yang menimbulkan adanya keinginan untuk melakukan suatu kegiatan atau aktivitas dalam menjalankan tugas sebagai guru yang dilaksanakan secara sistematis, berulang-ulang, kontinyu dan progresif untuk mencapai tujuan menurut Asep Jamiat ( 2009 : 32) meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Kebutuhan berprestasi; 2) Kebutuhan mendapatkan rasa aman; 3) Kebutuhan mendapatkan penghargaan; 4) Kebutuhan mendapatkan perlakuan adil; 5) Kebutuhan mengaktualisasikan diri.

4.    Pengertian Kinerja
Kinerja dapat diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja. Nawawi (1998:124) menggunakan istilah "karya", yaitu hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik bersifat fisik maupun non fisik. Pengertian kinerja didefinisikan oleh Mangkunegara (2007:67) berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengart tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja adalah terjemahan dari kata "Performance" (bahasa Inggris) artinya pelaksanaan pekerjaan yang baik (Hornby:1984:236). Secara umum pengertian kinerja adalah perbuatan atau prestasi. Makmun (1996:49) mengemukakan bahwa "Kinerja adalah kemampuan atau tindakan pegawai untuk melaksanakan tugas secara rasional dan dapat mencapai tujuan secara memuaskan berdasarkan prasyarat yang ditentukan. Oleh karena itu dalam impelementasinya kinerja harus memrliki prasyarat yang ditetapkan. Lebih lanjut Makmun (1996:70) mengemukakan bahwa karakteristik kinerja dari suatu profesi adalah: mampu melakukan suatu pekerjaan tertentu secara rasional, menguasai perangkat pengetahuan, menguasai perangkat keterampilan, memahami perangkat persyaratan ambang (basic standart) tentang ketentuan kelayakan normatif minimal kondisi dan proses yang dapat ditoleransikan dan kriteria keberhasilan yang dapat diterima dari apa yang dilakukannya, memiliki daya (motivasi) dan citra (aspirasi) unggulan dalam melakukan tugas pekerjaannya, dan Memiliki kewenangan (otoritas) dan teruji (Measurable) sehingga akan memperoleh pengakuan pihak berwenang (certifiable).
Kinerja berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan sebagai kemampuan kerja, tetapi bukan sekedar kompetensi melainkan kompetensi dan motivasi atau komitmen untuk mengerjakan tugas dan berkembang. Atau dengan kata lain, kinerja adalah perwujudan kompetensi yang mencakup kemampuan, motivasi untuk menyelesaikan tugas dan motivasi untuk berkembang, serta motivasi untuk mengelola kondisi lingkungan.

5.    Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja merupakan penampilan hasil kerja seorang pegawai baik secara kualitas maupun kuantitas. Kinerja bisa merupakan penampilan kerja individu maupun kelompok. Kinerja kelompok merupakan hasil interaksi yang kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam kelompok tersebut. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor fisik dan non fisik. Faktor-faktor fisik berkaitan dengan sarana prasarana penunjang, sedangkan faktor non fisik berkaitan dengan kondisi yang melekat dalam sebuah jalinan kelompok yaitu sistem manajemen. Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Gibson dalam http://www.scribd.com. doc/ 10959950/ Nambah-ilmuTentang-Konsep-Kinerja mengatakan bahwa variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu, sedangkan variabel demoghrafis mempunyai pengaruh tidak langsung. Kelompok variabel psikologis terdiri dani variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi menurutnya banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.
Kopelman dalam http://www.scribd.com.doc/ 10959950/ Nambah-ilmu-Tentang-Konsep-Kinerja variabel imbalan akan berpengaruh terhadap variabel motivasi, yang pada akhirnya secara langsung mempengaruhi kinerja individu. Sedangkan Davis dalam Mangkunegara (2007:67) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja yaitu faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation) bahwa human performance adalah ability ditambah dengan motivation, motivation adalah attitude dengan situation, dan ability adalah knowledge ditambah dengan skill.
Penjelasannya adalah sebagai berikut;
a. Faktor Kemampuan, dengan kemampuan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.
b. Faktor Motivasi, motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja) sedangkan sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kcrja secara maksimal. Sehingga dengan demikian seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan, dan menciptakan situasi kerja.
Mc Clelland dalam Mangkunegara (2007:68) berpendapat bahwa "ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kinerja. Menurutnya motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri pegawai untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji.
Suderajat  dalam (BK 5 S2 Motivasi  Slide 3) Menyatakan bahwa:
1.    Kinerja seseorang dalam pekerjaannya merupakan fungsi dari kapasitas untuk berkinerja, kesempatan untuk berkinerja, dan kemauan untuk berkinerja.
2.    Kemauan atau motivasi adalah faktor yg dominan.
3.    Motivasi yang tinggi merupakan dorongan untuk berkinerja dengan menggunakan seluruh potensi yang dimiliki seseorang.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ada kesamaan yang menyatakan bahwa motivasi merupakan pendorong yang sangat penting untuk dapat terjadinya kinerja yang menggunakan seluruh potensi yang dimiliki seseorang.




BAB  III
PENERAPAN KONSEP


1.    Kinerja Guru
Guru sangat berperan dalam meningkatkan proses belajar mengajar, maka dari itu seorang Guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi dasar dalam proses belajar mengajar. Dalam kaitannya dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, maka dapat dikemukakan Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Kinerja Guru yang baik tentunya tergambar pada penampilan mereka baik dari penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi menjadi guru
artinya mampu mengelola pengajaran di dalam kelas dan mendidik siswa di luar kelas dengan sebaik-baiknya.
Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar serta tugas-tugas guru dalam kelembagaan marupakan bentuk kinerja guru. Apabila kinerja guru meningkat, maka berpengaruh pada peningkatan kualitas keluaran atau outputnya.
Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru
yang dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah. Guru menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa.




2.    Jenis Motivasi Kinerja Guru
Kinerja guru adalah prestasi kerja yang dicapai oleh keahlian yang dimilikinya dalam hal ini guru.  Keahlian guru dimaksud meliputi pelaksanaan pengajaran di sekolah. Dalam kaitanya dengan tugas pendidikan, dapat dikatakan bahwa penguasaan keahlian guru berkaitan dengan keterampilan menyampaikan materi dan keterampilan teknis dalam proses belajar mengajar.
Melalui penguasaan materi dan keterampilan teknis mengajar para guru, pelaksanaan pengajaran yang mendidik dapat dilaksanakan.  Kinerja guru ini menempati kedudukan sentral dalam proses pendidikan, sebab pada kegiatan ini terjadi titik temu antara pendidik dan terdidik dalam tugas pelaksanaan misi pendidikan.
Melihat pentingnya kinerja guru untuk terjadinya pelaksanaan proses pembelajaran, maka bagi guru sangat diperlukan sebuah dorongan dan keadaan mental yang akan selalu mampu memelihara kestabilan pelaksanaan kinerja dari seorang guru.
Suderadjat dalam ( BK 2 S2  Kepemimpinan  Pendidikan Slide 9), menyatakan bahwa :
1.    Kinerja tertinggi staff dan pamong dicapai apabila mereka memiliki motivasi intrinsik
2.    Motivasi intrinsik terjadi apabila mereka menguasai dan memiliki visi yang berintikan nilai-nilai keyakinan (agama) yang dianutnya

Beberapa Surat dan ayat dalam Al-Qur’an yang dapat menjadi rujukan tentang pentingnya motivasi interinsik yang berintikan agama bagi seorang guru muslim dan menjadi dasar dalam melakukan kinerjanya adalah.
a.    Bekerja harus karena Allah
Surat 9 (Baraa’ah): 105
“Dan katakanlah Bekerjalah kamu! Maka Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman akan menilai pekerjaanmu itu. Dan kamu akan dikembalikan kepada Tuhan yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa-apa yang telah kamu kerjakan.”
Surat 6 (Al-An’aam) : 132
”Dan untuk masing-masing orang ada tingkat-tingkat martabat yang seimbang dengan perbuatannya. Dan tuhanmu tidak lengah dari apa-apa yang mereka kerjakan”
Surat 6 (Al-An’aam) : 135
“ Katakanlah ! “ Hai kaumku, beramallah sepenuh kemampuanmu dalam bidangmu masing-masing, akupun beramal pula dalam bidangku. Kelak kamu akan mengetahui, siapakah diantara kita yang akan memperoleh hasil baik di akhirat dari amal kita itu”. Sungguh orang-orang zalim tidak akan mendapat kemenangan.
Surat 6  (A-An’aam) :
Ayat 162
“Katakanlah  ! “Sesungguhnya shalatku, amal ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta  alam”.
Surat 2 ( Al-Baqarah) : 22
“ Dialah tuhan yang menghamparkan persada bumi dan menjadikan angkasa sebagai bangunan yang kokoh bagimu. Begitu pula dialah yang menurunkan hujan dari angkasa, lalu dengan air hujan itu dihasilkan-Nya buah-buahan sebagai rezekimu; karena itu jangalah kamu mengadakan sekutu- sekutu bagi Allah pada hal kamu mengetahui”
Surat 10 (Yuunus) : 61
“Betapa pentingnya urusanmu, apapun ayat Al-Qur’an yang kamu baca sehubungan dengan kepentinganmu itu , begitu pula pekerjaan yang dikerjakan olehmu dan umatmu semuanya, kami saksikan ketika kalian melakukannya. Dan tidak luput dari pengetahuan. Tuhanmu walaupun sebesar Atom, baik yang berada di bumi maupun yang berada di langit, baik yang lebih kecil maupun yang lebih besar, semuanya tercatat di dalam kitab yang terang.
b.    Perintah harus taat kepada Allah
Surat 36 (Yaasin) : 54
“ Pada hari kiamat itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun juga , dan kamu tidak akan diberi pembalasan kecuali menurut imbangan perbuatanmu”
Surat 46 (Al-Ahqaaf) : 19
“ Dan untuk masing-masing ada tingkat-tingkat pembalasan, sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. Karena tuhan hendak menyempurnakan pembalasan amal-amal perbuatan mereka. Mereka tidak akan dirugikan”
Surat 39 ( Az-zumar) : 2
Ayat 2
“Sesungguhnya kami menurunkan kitab Al-Qur’an itu dengan kebenaran mutlak. Karena itu sembahlah Allah dengan seikhlas-iklhas beragama untuk dia semata”
Surat 2 (Al-Baqarah) : 163
“Tuhanmu, ialah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada tuhan yang lain, hanya Dia, yang Maha Pengasih dan Penyayang”
Surat 4 (An- Nisa) : 36
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan apapun juga. Dan berbaktilah kepada kedua orang  ibu bapak, kaum kerabat anak-anak yatim dan orang miskin, tetangga yang dekat dan yang jauh, teman sejawat orang-orang yang dalam perjalanan, dan hamba sahaya yang berada di bawah kekuasaanmu. Sesungguhnya Allah tidak menyenangi orang-orang yang sombong dalam gerak-geriknya  lagi sombong dalam ucapannya”
Surat 21 (Al-Anbiyaa): 25
“Dan kami tidak pernah mengutus seorang rasulpun sebelummu Muhammad, hanyalah selalu kami wahyukan kepadanya, bahwa : tidak ada Tuhan kecuali AKU, karena itu AKU sajalah yang wajib kalian sembah.
Surat 18 (Al-Kahfi) : 110
“Katakanlah kepada mereka hai rasul: “ Bahwasanya aku ini, adalah manusia seperti kamu juga. Namun kepadaku diwahyukan : :Bahwasanya Tuhanmu itu ialah Tuhan yang maha Esa !. Karena itu barang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal salih, dan janganlah mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan dalam peribadatan”
Surat 39 ( Az-zumar) :
Ayat 3
“ Ingatlah bahwa ibadah yang setulus-tulusnya itu, harus ditujukan kepada Allah saja. Orang-orang yang mengambil pelindung diri selain daripada Allah, berdalih : Kami tidak menyembah mereka , hanyalah supaya mereka dapat mendekatkan kami kepada Allah lebih dekat lagi. Sesungguhnya Allah akan menentukan “kepastian hukum”  di antara mereka mengenai perkara yang mereka perselisihkan itu, sesungguhnya Allah tidak akan memimpin orang-orang pendusta lagi sangat ingkar”
Surat 98 (Al-Bay-Yinah) : 5
“Padahal meraka itu sebenarnya tidak diperintahkan untuk itu, melainkan untuk beribadah kepada Allah dengan setulus-tulusnya dengan tekun dan patuh. Mengerjakan Shalat dan mengeluarkan zakat, itulah agama yang lurus”
c.    Peringatan Allah
Surat 11 (Hud) : 15-16
Ayat 15
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan duniawi dengan segala kemewahannya, akan kami penuhi upah kerjanya , tanpa  dikurangi sedikitpun juga”
Ayat 16
“Orang-orang itu nanti di akhirat tidak akan mendapat apa-apa,kecuali api neraka. Semetara hasil karyanya disana menjadi nihil saja. Percumalah  apa yang mereka kerjakan itu!
Surat 17 (Al Israa): 18-19
Ayat 18
“Barang siapa yang menghendakii kehidupan sementara ini kami berikan sekarang juga, berapa saja kami kendaki dan kepada siapa saja yang kami sukai. Kemudian kami sediakan baginya Neraka yang akan membakarnya sebagai orang yang nista dan terbuang”
Ayat 19
“ Dan siapa yang menghendaki kehidupan Akhirat dia berjuang dengan gigih untuk mencapai cita-citanya sebagai seorang Mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang terpuji”
Surat 42 (Asy-Syura): 20
“Barangsiapa yang ingin balasan pahala di akhirat, akan kami beri tambahan pahalanya itu, dan siapa yang ingin pahala di dunia ini saja, akan kami berikan sebahagian pahalanya itu sekarang juga, namun di akhirat ia tidak akan mendapat apa-apa”
Surat 7 (Al-Aa’Raaf) : 147
”Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami , juga mendustakan akhirat, hapuslah seluruh pahala amal perbuatannya . Bukanlah mereka tidak akan diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan.























BAB  IV
KESIMPULAN



Guru adalah salah satu penentu keberhasilan pendidikan. Tugas utama guru sebagai pendidik di sekolah, melakukan tugas-tugas kinerja pendidikan dalam bimbingan, pengajaran dan latihan. Semua kegiatan itu sangat terkait dengan upaya pengembangan para peserta didik melalui keteladanan, penciptaan lingkungan pendidikan yang kondusif, membimbing, mengajar dan melatih peserta didik. Dengan demikian maka, begitu penting keberadaan guru sebab segala bentuk kebijakan dan program pendidikan pada akhirnya akan ditentukan oleh kinerja dari seorang guru.
Melihat pentingnya kinerja guru untuk terjadinya pelaksanaan proses pembelajaran, maka bagi guru sangat diperlukan sebuah dorongan dan keadaan mental yang akan selalu mampu memelihara kestabilan pelaksanaan kinerja dari seorang guru.
1.    Kinerja seorang guru dalam pekerjaannya merupakan fungsi dari kapasitas untuk berkinerja, kesempatan untuk berkinerja, dan kemauan untuk berkinerja.
2.    Kemauan atau motivasi adalah faktor yg dominan.
3.    Motivasi yang tinggi merupakan dorongan untuk berkinerja dengan menggunakan seluruh potensi yang dimiliki seseorang.
4.    Kinerja tertinggi dari seorang guruakan  dicapai apabila mereka memiliki motivasi intrinsik
5.    Motivasi intrinsik terjadi apabila mereka menguasai dan memiliki visi yang berintikan nilai-nilai keyakinan (agama) yang dianutnya
Beberapa Surat dan ayat dalam Al-Qur’an yang dapat menjadi rujukan tentang pentingnya motivasi interinsik yang berintikan agama bagi seorang guru muslim dan menjadi dasar dalam melakukan kinerjanya adalah

d.    Bekerja harus karena Allah
Surat 9 (Baraa’ah): 105
“Dan katakanlah Bekerjalah kamu! Maka Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman akan menilai pekerjaanmu itu. Dan kamu akan dikembalikan kepada Tuhan yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa-apa yang telah kamu kerjakan.”
Surat 6 (Al-An’aam) : 132
”Dan untuk masing-masing orang ada tingkat-tingkat martabat yang seimbang dengan perbuatannya. Dan tuhanmu tidak lengah dari apa-apa yang mereka kerjakan”
Surat 6 (Al-An’aam) : 135
“ Katakanlah ! “ Hai kaumku, beramallah sepenuh kemampuanmu dalam bidangmu masing-masing, akupun beramal pula dalam bidangku. Kelak kamu akan mengetahui, siapakah diantara kita yang akan memperoleh hasil baik di akhirat dari amal kita itu”. Sungguh orang-orang zalim tidak akan mendapat kemenangan.
Surat 6  (A-An’aam) :
Ayat 162
“Katakanlah  ! “Sesungguhnya shalatku, amal ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta  alam”.
Surat 2 ( Al-Baqarah) : 22
“ Dialah tuhan yang menghamparkan persada bumi dan menjadikan angkasa sebagai bangunan yang kokoh bagimu. Begitu pula dialah yang menurunkan hujan dari angkasa, lalu dengan air hujan itu dihasilkan-Nya buah-buahan sebagai rezekimu; karena itu jangalah kamu mengadakan sekutu- sekutu bagi Allah pada hal kamu mengetahui”
Surat 10 (Yuunus) : 61
“Betapa pentingnya urusanmu, apapun ayat Al-Qur’an yang kamu baca sehubungan dengan kepentinganmu itu , begitu pula pekerjaan yang dikerjakan olehmu dan umatmu semuanya, kami saksikan ketika kalian melakukannya. Dan tidak luput dari pengetahuan. Tuhanmu walaupun sebesar Atom, baik yang berada di bumi maupun yang berada di langit, baik yang lebih kecil maupun yang lebih besar, semuanya tercatat di dalam kitab yang terang.
e.    Perintah harus taat kepada Allah
Surat 36 (Yaasin) : 54
“ Pada hari kiamat itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun juga , dan kamu tidak akan diberi pembalasan kecuali menurut imbangan perbuatanmu”
Surat 46 (Al-Ahqaaf) : 19
“ Dan untuk masing-masing ada tingkat-tingkat pembalasan, sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. Karena tuhan hendak menyempurnakan pembalasan amal-amal perbuatan mereka. Mereka tidak akan dirugikan”
Surat 39 ( Az-zumar) : 2
Ayat 2
“Sesungguhnya kami menurunkan kitab Al-Qur’an itu dengan kebenaran mutlak. Karena itu sembahlah Allah dengan seikhlas-iklhas beragama untuk dia semata”
Surat 2 (Al-Baqarah) : 163
“Tuhanmu, ialah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada tuhan yang lain, hanya Dia, yang Maha Pengasih dan Penyayang”
Surat 4 (An- Nisa) : 36
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan apapun juga. Dan berbaktilah kepada kedua orang  ibu bapak, kaum kerabat anak-anak yatim dan orang miskin, tetangga yang dekat dan yang jauh, teman sejawat orang-orang yang dalam perjalanan, dan hamba sahaya yang berada di bawah kekuasaanmu. Sesungguhnya Allah tidak menyenangi orang-orang yang sombong dalam gerak-geriknya  lagi sombong dalam ucapannya”
Surat 21 (Al-Anbiyaa): 25
“Dan kami tidak pernah mengutus seorang rasulpun sebelummu Muhammad, hanyalah selalu kami wahyukan kepadanya, bahwa : tidak ada Tuhan kecuali AKU, karena itu AKU sajalah yang wajib kalian sembah.
Surat 18 (Al-Kahfi) : 110
“Katakanlah kepada mereka hai rasul: “ Bahwasanya aku ini, adalah manusia seperti kamu juga. Namun kepadaku diwahyukan : :Bahwasanya Tuhanmu itu ialah Tuhan yang maha Esa !. Karena itu barang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal salih, dan janganlah mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan dalam peribadatan”
Surat 39 ( Az-zumar) :
Ayat 3
“ Ingatlah bahwa ibadah yang setulus-tulusnya itu, harus ditujukan kepada Allah saja. Orang-orang yang mengambil pelindung diri selain daripada Allah, berdalih : Kami tidak menyembah mereka , hanyalah supaya mereka dapat mendekatkan kami kepada Allah lebih dekat lagi. Sesungguhnya Allah akan menentukan “kepastian hukum”  di antara mereka mengenai perkara yang mereka perselisihkan itu, sesungguhnya Allah tidak akan memimpin orang-orang pendusta lagi sangat ingkar”
Surat 98 (Al-Bay-Yinah) : 5
“Padahal meraka itu sebenarnya tidak diperintahkan untuk itu, melainkan untuk beribadah kepada Allah dengan setulus-tulusnya dengan tekun dan patuh. Mengerjakan Shalat dan mengeluarkan zakat, itulah agama yang lurus”
f.    Peringatan Allah
Surat 11 (Hud) : 15-16
Ayat 15
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan duniawi dengan segala kemewahannya, akan kami penuhi upah kerjanya , tanpa  dikurangi sedikitpun juga”
Ayat 16
“Orang-orang itu nanti di akhirat tidak akan mendapat apa-apa,kecuali api neraka. Semetara hasil karyanya disana menjadi nihil saja. Percumalah  apa yang mereka kerjakan itu!
Surat 17 (Al Israa): 18-19
Ayat 18
“Barang siapa yang menghendakii kehidupan sementara ini kami berikan sekarang juga, berapa saja kami kendaki dan kepada siapa saja yang kami sukai. Kemudian kami sediakan baginya Neraka yang akan membakarnya sebagai orang yang nista dan terbuang”
Ayat 19
“ Dan siapa yang menghendaki kehidupan Akhirat dia berjuang dengan gigih untuk mencapai cita-citanya sebagai seorang Mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang terpuji”
Surat 42 (Asy-Syura): 20
“Barangsiapa yang ingin balasan pahala di akhirat, akan kami beri tambahan pahalanya itu, dan siapa yang ingin pahala di dunia ini saja, akan kami berikan sebahagian pahalanya itu sekarang juga, namun di akhirat ia tidak akan mendapat apa-apa”
Surat 7 (Al-Aa’Raaf) : 147
”Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami , juga mendustakan akhirat, hapuslah seluruh pahala amal perbuatannya . Bukanlah mereka tidak akan diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan.
















DAFTAR PUSTAKA



Hasibuan , MS (1996). Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta : Bumi Aksara
http://www.scribd.com. doc/ 10959950/ Nambah-ilmuTentang-Konsep-Kinerja
Jamiat, A (2009). Kontribusi Motivasi kerja Guru dan Kinerja Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan Kerja Guru
Makmun, AS (2005). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Mangkunegara, A.P (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Rosdakarya
Nawawi. (1998). Administrasi Pendidikan . bandung : Remaja Rosda karya
Suderadjat, H (2010). Bahan perkuliahan Managemen Oerganisasi dan Personil Pendidikan.  Bandung : Uninus
Sujanto, B (2009). Manajemen Pendidikan Berbasis sekolah. Jakarta : Sagung Seto
Sumidjo, W. (1992). Kepemimpinana dan Motivasi. Jakarta : Ghalia Indonesia
Undang-Undang No. 20 (2003). Sistem Pendidikan nasional . Jakarta : Depdiknas
Wintomo (2008). Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Mengajar Guru pada SMA Negeri di Kabupaten Indramayu. Tesis. Uninus

STRES DALAM KERJA

BAB I
PENDAHULUAN

Dimensi kinerja yang semakin terbatas watu dan dituntut untuk semakin meningkat, memaksa seseorang untuk terus men-eksplor dan menggali kemampuan fikiran, tenaga dan perhatian akan apa yang menjadi profesionnya demi memenuhi kapasitas profesionalitas yang terkadang dipaksakan. Tetapi terkadang manusia juga terus terlupa dan terlena akan kapasitas fisik dn fsikisnya sehinga terjadilah over loaded atau out of limit. Maka sampailah keadaan itu padak titik nadirnya terpuruk dan terjatuh dan terhempas pada suatu keadaan yang diluar kuasanya.
Belum lagi dihadapkan pada keadaan yang tidak sejalan dan searah dengan kehendak atau tujuan yang ditetapkan atau keadaan yang ideal sehingga terjadi konflik. Konflik yang terjadi baik pada tantangan kerja yang tidak sesuai atau pada atasan yang kurang harmonis atau konflik dengan rekan kerja atau yang paling parah adalah konflik personal internal atau konflik pribadi. Hal ini akan menjadikan kondisi seseorang menjadi terjebak dalam kondisi yang sering atau kerap di sebut sebagai stres.
Stres bisa mengganggu pencapaian tujuan. Stres adalah bagian kondisi manusiawi, karena bisa berpengaruh positif, dimana akan memacu kinerja seseorang akan tetapi juga seringkali bersifat negatif  dimana seringkali menurunkan kualitas kinerja kita, untuk itu hendaknya kita memiliki kemampuan mengelola stres.
Jadi stres adalah kondisi dimana seseorang tidak sanggup mengontrol (Uncontrolled) dirinya baik secara fisik maupun fsikis. Stres adalah kondisi seseorang berada pada kondisi terlemah. Menurut Ahmad Sudraja
“Stres adalah suatu kondisi tegangan (tension) baik secara faal maupun psikologis yang diakibatkan oleh tuntutan dari lingkungan yang dipersepsi sebagai ancaman”.
Berdasar pada uraian di atas untuk mengurangi atau memanfaatkan stres agar berpengaruh posistif baik pada kinerja seseorang juga efektifitas dan kinerja sebuah orgnisasi seyogyanya diperhatikan penyebab, gejala-gejala stres juga solusi yang terbaik bagi personal maupun organisasi.
















BAB II
STRES DALAM ORGANISASI

A.    Pengertian Stres
Stres terjadi karena adanya stressing atau tekanan atau berada pada kondisi dimana merasakan adanya tekanan.
Menurut Dr. Hans Selye dalam Dr. H. Dadi Permadi, M.Pd. dan Dr. H. Daeng Arifin, M.Si. (2010:149) Stres adalah respons badan (body) yang tidak Khusus terhadap berbagai tekanan dan tantangan yang terjadi baik dalam dunia kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari.

B.    Stres Dalam Organisasi
Stres terjadi dalam sebuah organisasi dikarenakan terjadinya ketidak sinergisan antar anggota dalam kelompok tersebut. Selanjutnya adalah adanya perbedaan misi dan visi dalam organisasi. Ketidak cakapan pemimpin dalam mengatur organisasi atau adanya ketimpangan dalam menentukan kebijakan terhadap hal-hal yang seharusnya diselesaikan dengan adil. 

C.    Macam-macam Stres
Stres terdiri dari dua macam;
1.    Eustres; stres ini adalah stres yang baik, biasanya masih dalam kondisi sedang-sedang saja. Ia masih bisa dikelola dan bisa memicu dan meningkatkan produktifitas kinerja seseorang baik dalam dunia kerja maupun dalam kehidupan. Stres ini bisa merangsang seseorang untuk meningkatkan motifasi dan inofasi.
2.    Distres; stres ini adalah stres yang berat yang dapat menimbulkan sakit baik jasmani maupun kejiwaan. Banyak orang menjadi gila, terjadi out of mind (bahkan bunuh diri) bila menghadapi stres yang berat dan berkepanjangan.
D.    Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Stres
Banyak sekali faktor yang bisa menyebabkan seseorang berada pada kondisi stres antara lain;
Secara umum penyebab stres antara lain:

1.    Ancaman.
Persepsi tentang adanya ancaman membuat seseorang merasa stres, baik ancaman fisik, sosial, finansial, maupun ancaman lainnya. Keadaan akan menjadi buruk bila orang yang mempersepsikan tentang adanya ancaman ini merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan tindakan apa pun yang akan bisa mengurangi ancaman tersebut.
2.    Ketakutan
Ancaman bisa menimbulkan ketakutan. Ketakutan membuat orang membayangkan akan terjadinya akibat yang tidak menyenangkan, dan hal ini membuat orang menjadi stres.
3.    Ketidakpastian
Saat kita merasa tidak yakin tentang sesuatu, maka kita akan sulit membuat prediksi. Akibatnya kita merasa tidak akan dapat mengendalikan situasi. Perasaan tidak mampu mengendalikan situasi akan menimbulkan ketakutan. Rasa takut menyebabkan kita merasa stres.
4.    Disonansi kognitif
Bila ada kesenjangan antara apa yang kita lakukan dengan apa yang kita pikirkan, maka dikatakan bahwa kita mengalami disonansi kognitif, dan hal ini akan dirasakan sebagai stres. Sebagai contoh, bila kita merasa bahwa kita adalah orang yang baik, namun ternyata menyakiti hati orang lain, maka kita akan mengalami disonansi dan merasa stres. Disonansi kognitif juga terjadi bila kita tidak dapat menjaga komitmen. Kita yakin bahwa diri kita jujur dan tepat janji, namun adakalanya situasi/lingkungan tidak mendukung kita untuk jujur atau tepat janji. Hal ini akan membuat kita merasa stres karena kita terancam dengan sebutan tidak jujur atau tidak mampu menepati janji.
Selain faktor di atas penyebab stres juga bisa terjadi secara personal maupun organisasi antara lain karena beberapa hal, yakni :
1.    Personal
Stres bisa terjadi secara:
•    Psychological (kejiwaan) seperti cemas karena sesuatu;
•    Physical (badan) seperti kurang gizi, kerja berat, dan kecapaian;
•    Social, seperti rendahnya hubungan sosial dengan fihak lain;
•    Emotional, seperti ketakutan akan sesuatu, merasa bersalah, atau berdosa, merasa terhina, merasa ditekan;
•    Financial, seperti kekurangan uang atau materi. Kematian, baik kematian pasangan, keluarga, maupun teman;
•    Kesehatan: kecelakaan, sakit, kehamilan;
•    Kejahatan: penganiayaan seksual, perampokan, pencurian, pencopetan;
•    Penganiayaan diri: penyalahgunaan obat, alkoholisme, melukai diri sendiri;
•    Perubahan keluarga: perpisahan, perceraian, kelahiran bayi, perkawinan;
•    Masalah seksual;
•    Pertentangan pendapat: dengan pasangan, keluarga, teman, rekan kerja, pimpinan;
•    Perubahan fisik: kurang tidur, jadual kerja baru;
•    Tempat baru: berlibur, pindah rumah;
•    Keuangan: kekurangan uang, memiliki uang, menginvestasikan uang;
•    Perubahan lingkungan: di sekolah, di rumah, di tempat kerja, di kota, masuk penjara;
•    Peningkatan tanggung jawab: adanya tanggungan baru, pekerjaan baru.
2.    Organisasi
Dalam organisasi stres bisa terjadi akibat;
•    Beban kerja yang berat;
•    Putus hubungan dengan relasi;
•    Tujuan yang sulit dicapai atau target sasaran yang tidak tercapai;
•    Peran yang tidak jelas tugas yang sulit dipecahkan;
•    Kewenangan yang terbatas sedang tangung jawab tinggi;
•    Kondisi pekerjaan yang kurang menyenangkan;
•    Kurang rasa aman dalam bekerja;
•    Konflik peran;
•    Berbagai perubahan yang tiba-tiba dan diberhentikan dari jabatan;
•    Terlalu banyak bepergian;
•    Tuntutan tugas;
•    Pengendalian terhadap pegawai, yang berhubungan dengan bagaimana para pegawai melaksanakan pekerjaannya;
•    Dukungan yang didapatkan dari rekan kerja dan pimpinan;
•    Hubungan dengan rekan kerja;
•    Pemahaman pegawai tentang peran dan tanggung jawab;
•    Seberapa jauh instansi tempat bekerja berunding dengan pegawai baru.

E.    Gejala-gejala Stres
Stres berpengaruh terhadap diri seseorang baik dilihat dari fisik maupun psikis. Untuk dapat mengelola stres kita harus mengamati stres dari gejala-gejalanya terlebih dahulu, baik secara emosional maupun fisikal. Walaupun saat seseorang mengalami stres belum tentu manampakan gejala secara keseluruhan setidaknya kita bisa mengamati beberapa indikator yang nampak.
Gejala atau indikator stres baik secara emosional maupun fisikal akan kita amati pada tabel berikut:

Gejala Emosional/Kognitif    Gejala Fisik
•    Mudah merasa ingin marah;
•    Merasa putus asa saat harus menunggu sesuatu;
•    Merasa gelisah;
•    Tidak dapat berkonsentrasi;
•    Sulit berkonsentrasi;
•    Jadi mudah bingung;
•    Bermasalah dengan ingatan (mudah lupa, susah mengingat);
•    Setiap saat memikirkan hal-hal negatif;
•    Berpikir negatif tentang diri sendiri;
•    Mood naik turun (mood mudah berubah-ubah, misalnya merasa gembira tapi tak lama kemudian merasa bosan dan ingin marah);
•    Makan terlalu banyak;
•    Makan padahal tidak lapar;
•    Merasa tidak memiliki cukup energi untuk menyelesaikan sesuatu;
•    Merasa tidak  mampu mengatasi masalah;
•    Sulit membuat keputusan;
•    Emosi suka meluap-luap (baik gembira, sedih, marah, dan sebagai- nya);
•    Biasanya merasa marah dan bosan;
•    Kurang memiliki sense of humor.    •    Otot-otot tegang;
•    Sakit punggung bagian bawah;
•    Sakit di bahu atau leher;
•    Sakit dada;
•    Sakit perut;
•    Kram otot;
•    Iritasi atau ruam kulit yang tidak dapat dijelaskan kategorinya;
•    Denyut jantung cepat;
•    Telapak tangan berkeringat;
•    Berkeringat padahal tidak melakukan aktivitas fisik;
•    Perut terasa bergejolak;
•    Gangguan pencernaan dan cegukan;
•    Diare;
•    Tidak dapat tidur atau tidur berlebihan;
•    Napas pendek;
•    Menahan napas.



F.    Tahapan-tahapan Stres
Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. Amberg (dalam Hawari, 2001) membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :
1.    Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: 1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting); 2) Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya; 3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
2.    Stres Tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut: 1) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar; 2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang; 3) Lekas merasa capai menjelang sore hari; 4) Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort); 5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar); 6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang; 7) Tidak bisa santai.
3.    Stres Tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu: 1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan “maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare); 2) Ketegangan otot-otot semakin terasa; 3) Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat; 4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late insomnia); 5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa loyo dan serasa mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.
4.    Stres Tahap IV
Gejala stres tahap IV, akan muncul: 1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit; 2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit; 3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate); 4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari; 5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan; Seringkali menolak ajakan (negativisme) karena tiada semangat dan kegairahan ; 6) Daya konsentrasi daya ingat menurun; 7) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.
5.    Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan psychological exhaustion); 2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana; 3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder); 4) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.
6.    Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut: 1) Debaran jantung teramat keras; 2) Susah bernapas (sesak dan megap-megap); 3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran; 4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan; 5) Pingsan atau kolaps (collapse). Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsi) organ tubuh, sebagai akibat stressor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
G.    Reaksi Adaftasi Terhadap Stres
Menurut Hans Selye (1974), ada 3 tahap reaksi adaptasi seseorang terhadap stres, yaitu:
    Tahap 1: Alarm Reaction. Gejala muncul sebagai respons permulaan terhadap adanya stres, misalnya karena harus menyusun Persiapan Mengajar Harian, seorang guru baru mendadak sakit perut/mulas-mulas.
    Tahap 2: Resistance. Seseorang yang sudah terbiasa menghadapi stres pada akhirnya akan lebih tahan (resisten) terhadap stres. Pada tahap ini, seseorang menemukan adaptasi yang baik terhadap situasi yang menimbulkan stres, sehingga alarm reaction menurun. Namun adakalanya pada tahap ini timbul diseassis of adaptation, yaitu suatu keadaan dimana seolah-olah seseorang sudah beradaptasi dengan situasi yang menimbulkan stres, padahal sebenarnya adaptasinya tidak tepat sehingga timbul penyakit-penyakit seperti darah tinggi, maag, eksem, dan sebagainya.
    Tahap 3: Exhaustion. Tahap ini adalah suatu keadaan dimana seseorang benar-benar sakit, yang terjadi bila stres terus menerus dialami dan orang tersebut tidak dapat mengatasinya. Pada tahap ini gejala sudah lebih berat, misalnya seseorang menjadi benar-benar putus asa, mengalami halusinasi, delusi, dan bahkan kematian.

H.    Mengelola/menanggulangi Stres 
1.    Personal (dalam kehidupan)
    Bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah membuat manusia lupa akan diri, apa, siapa, darimana, dan akan kemana? Bahwa Allah telah memberikan segalanya, dari anggota badan, keluarga, alam lingkungan, maka Allah berfirman “Maka Nikmat Apalagi Yang Akan Engkau Dustakan”. Sekecil apapun nikmat yang Allah berikan maka Syukurilah, (QS: Ibrahim: 7) berbunyi : Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan “Ingatlah jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.
    Sadar akan keterbatasan
Besar dan tingi keinginan manusia tetap yang menentukan itu adalah Allah yang maha kuasa. Manusia diciptakan dengan kekurangan dan kelebihannya, karena hanyalah Allah yang maha sempurna.
    Mengambil hikmah
Segala yang terjadi manis dan pahit dibaliknya senantiasa ada hikmah yang mengikutinya. Maka patutlah manusia mengambil pelajaran atas segala yang telah terjadi. Senantiasalah bersabar dan berserah diri dan bersabar karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar. Semua yang terjadi alah atas ketentuan yang maha kuasa. Pandanglah setiap kejadian dari segala sisi tidak berlebihan dalam memandang suatu hal, karena Allah tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan.
    Meminimalisir terjadinya konflik
Pandanglah suatu dari sisi positif dan berbaik sangka maka akan meminimalisir terjadinya konflik. Bekerja sesuai denga tufoksinya dan tidak melihat dari apa yang dilakukan orang lain untuk kita tetapi dari apa yang dilakukan kita untuk orang lain,
    Introsfeksi
Saat terjadisesuatu yang buruk terhadap kita, jangan menyalahkan orang lain tetapi lihat ke dalam diri kita apa dan bagaimana apa yang telah dilakukan sehingga terjadi hal yang tidak diharapkan. Karena manusia akan menuai apa yang dia tanam.

2.    Dalam organisasi
Pertama, cara ini merupakan cara yang spontan dan tidak disadari, dimana pengelolaan stres berpusat pada emosi yang dirasakan. Dalam istilah psikologi diklasifikasikan sebagai defense mechanism. Beberapa perilaku yang tergolong kedalam kelompok ini adalah:
1.    Acting out, yaitu menampilkan tindakan yang justru tidak mengatasi masalah. Perilaku ini lebih sering terjadi pada orang yang kurang mampu mengendalikan/menguasai diri, misalnya merusak barang-barang di sekitarnya.
2.    Denial, yaitu menolak mengakui keadaan yang sebenarnya. Hal ini bisa bermakna positif, bisa pula bermakna negatif. Sebagai contoh, seseorang guru menyadari bahwa dirinya memiliki kelemahan dalam berbahasa Inggris, namun ia terus berupaya untuk mempelajarinya; bisa bermakna positif bila dengan usahanya tersebut terjadi peningkatan kemampuan; bermakna negatif bila kemampuannya tidak meningkat karena memang potensinya sangat terbatas, namun ia tetap berusaha sampai mengabaikan pengembangan potensi lain yang ada dalam dirinya.
3.    Displacement, yaitu memindahkan/melampiaskan perasaan/emosi tertentu pada pihak/objek lain yang benar-benar tidak ada hubungannya namun dianggap lebih aman. Contohnya: Seorang guru merasa malu karena ditegur oleh Kepala Sekolah di depan guru-guru lain, maka ia melampiaskan perasaan kesalnya dengan cara memarahi murid-murid di kelas.
4.    Rasionalisasi, yaitu membuat alasan-alasan logis atas perilaku buruk. Contohnya: Seorang Kepala Sekolah yang tidak menegur guru yang membolos selama 3 hari mengatakan bahwa ia tidak menegur guru tersebut karena pada saat itu ia sedang mengikuti pelatihan untuk kepala sekolah di ibukota provinsi.
Kedua, cara yang disadari, yang disebut sebagai direct coping, yaitu seseorang secara sadar melakukan upaya untuk mengatasi stres. Jadi pengelolaan stres dipusatkan pada masalah yang menimbulkan stres. Ada dua strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres, yaitu:
1.    Meningkatkan toleransi terhadap stres, dengan cara meningkatkan keterampilan/kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya, Secara psikis: menyadarkan diri sendiri bahwa stres memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda. Secara fisik: mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di televisi, berolahraga secara teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan sebagainya.
2.    Mengenal dan mengubah sumber stres, yang dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan, yaitu:  (a) bersikap asertif, yaitu berusaha mengetahui, menganalisis, dan mengubah sumber stres. Misalnya: bila ditegur pimpinan, maka respon yang ditampilkan bukan marah, melainkan menganalisis mengapa sampai ditegur; (b) menarik diri/menghindar dari sumber stres. Tindakan ini biasanya dilakukan bila sumber stres tidak dapat diatasi dengan baik. Namun cara ini sebaiknya tidak dipilih karena akan menghambat pengembangan diri. Kalaupun dipilih, lebih bersifat sementara, sebagai masa penangguhan sebelum mengambil keputusan pemecahan masalah; dan (c) kompromi, yang bisa dilakukan dengan konformitas (mengikuti tuntutan sumber stres, pasrah) atau negosiasi (sampai batas tertentu menurunkan intensitas sumber stres dan meningkatkan toleransi terhadap stres).

I.    Stres di Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan rumah kedua baik bagi siswa maupun guru atau tenaga kependidikan lainnya. Sepintas sepertinya kita bisa menyaksikan siswa yang bermain dengan riang atau belajar dengan tekun. Siklus atau rutinitas kehidupan sekolah yang cenderung stagnan dan monoton juga kondisi tertentu seperti ujian nasional, ujian sekolah ujian praktek dan lain-lain menjadikan intensitas stres yang tinggi.
Stres yang dialami di sekolah terjadi pada berbagai sektor antara lain:
1.    Pada siswa
Banyak pendapat bahwa stres pada siswa tidak setinggi pada orang dewasa. Namun hal itu ternyata salah besar. Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 1950 stres pada usia anak sama besarnya dengan stres yang dialami pada orang yang berusia 25 tahun.
Gejala stres pada anak seringkali dapat dilihat indikasinya antara lain, pada:
•    Jerawat, problem pencernaan,
•    Insomnia,
•    Kelelahan,
•    Sakit kepala,
•    Masalah sewaktu buang air,
•    Maupun reaksi psikosomatik lainnya mungkin merupakan tanda-tanda bahwa ada tekanan pada diri anak.
Faktor-faktor pemicu stres pada siswa antara lain adalah
    Tekanan Orang Tua
Orang tua ingin yang terbaik dengan masa depan anaknya. Untuk mencapai nilai terbaik, maka orang tua membebani anak-anaknya dengan berbagai kursus pelajaran yang dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kesehatan anak, istirahatnya, dan perkembangannya.
Banyak orang tua tidak menyadari bahwa membantu si anak merasa relaks justru akan menyegarkan pikiran dan membantunya belajar dengan lebih baik. Sebaliknya para orang tua terus membebani anak-anak mereka untuk mendapatkan prestasi terbaik dan lulus ujian dengan memuaskan.
    Tekanan Guru
Sama seperti orang tua, banyak guru ingin siswanya mendapat nilai terbaik. Guru selalu mendorong muridnya untuk unggul dalam pelajaran, terutama jika muridnya cukup berprestasi.
Mengapa guru juga ikut menekan murid-muridnya mendapat nilai terbaik? Karena reputasi guru dan sekolah dipertaruhkan saat Ujian Sekolah khususnya Ujian Nasional.

    Tekanan dari Sesama Siswa
Semangat kompetisi akan semakin memanas menjelang ujian sekolah. Setiap siswa berlomba-lomba untuk menunjukkan prestasi terbaik. Bahkan segala cara dilakukan untuk meraih nilai tertinggi termasuk menyontek maupun mencari bocoran soal.
    Tekanan dari Diri Sendiri
Siswa berprestasi cenderung menjadi perfeksionis. Sehingga jika suatu kemunduran atau kegagalan terjadi, entah itu nyata atau masih belum terjadi, dapat membuat stres dan depresi.
2.    Pada Guru
Beban dan tekanan yang dialami seorang guru dalam melaksanakan tugas dan menjalani kehidupan yang stagnan, beban hidup yang semakin tinggi tuntutan hidup yang makin meningkat menjadikan tekanan yang sangat luar biasa sehingga tidak jarang siswa menjadi sasaran melampiaskan segalanya.
Keinginan siswanya mencapai nilai yang bagus, mengimbangi beban tugas yang bebankan, menghadapi kebijakan pimpinan yang acapkali tidak selaras dengan keinginan atau idealnya. Menghadapi ujian dimana kehawatiran ketidaklulusan siswa, dan banyak lagi berbagai beban dan tugas yang terkadan menjadi tekanan yang amat hebat dan guru menjadi stres yang pada akhirnya meningalkan tugasnya.

3.    Pada Kepala Sekolah
Kepala sekolah selaku pimpinan fungsional juga dapat terkena stres adapun indikasi stres bagi kepala sekolah antara lain:
o    Adanya konflik baik internal maupun eksternal;
o    Merasa perannya sangat menjadi beban dan merasa tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik;
o    Beban karena merupakan pembuat keputusan;
o    Beban kerja dan moral;
o    Beban kehidupan dalam rumah tangga;
o    Kompetensi Vs tuntutan pekerjaan.

J.    Cara Menghadapi Stres di Sekolah
Stres merupakan beban dan tekanan yang sangat berat dan perlu penyelesaian dengan segera. Stres ibarat sebuah penyakit, membutuhkan segera pengobatan dan pemulihan sehingga tidak menghambat kinerja dan inovasi guru dalam menjalankan tugas dan amanah sebagai Warosatul Ambiya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola stres di sekolah adalah:
    Kenali penyebabnya
     Jika Anda mulai stres di sekolah, misalnya saat menghadapi ujian sekolah, cobalah mencari tahu penyebab stres tersebut. Apakah disebabkan karena tekanan dari diri sendiri, dari orang tua, dari guru, atau dari sesama siswa? Cari penyebab stres yang paling menyebabkan beban tertinggi.
     Jangan membawa permasalahan yang terjadi di rumah ke sekolah dan atau sebaliknya;
     Jika terjadi ketidak sesuaian baik dengan atasan maupun dengan rekan kerja, bicarakanlah jika permasalahannya berat lakukan mediasi dengan orang yang kompeten atau orang terdekat yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan.
     Jangan jadikan tugas sebagai beban bahkan kewajiban tetapi suatu kebutuhan dan ladang amal yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat dengan jembatan amanah, empati, dan simpati.
    Rencanakan tanggapan
     Lulus ujian dengan nilai terbaik memang impian setiap siswa. Namun jika itu tidak tercapai, maka apa yang harus Anda lakukan? Apakah penurunan prestasi atau kegagalan menjadi akhir segala-galanya? Tentu tidak.
     Buat jurnal dengan baik.
     Berbuat yang terbaik tetapi tidak harus mendapatkan yang terbaik.
     Jika sejak awal Anda sudah mempersiapkan tanggapan yang akan Anda berikan jika terjadi kegagalan, beban Anda akan semakin berkurang. Anda sudah siap jika terjadi kegagalan. Misalnya Anda sudah mempersiapkan jawaban kepada orang tua Anda atau guru Anda jika kegagalan Anda dipermasalahkan.
    Segera selesaikan pekerjaan dan masalah
     Masalah tidak akan hilang dengan sendirinya. Bahkan suatu masalah akan bertambah parah jika sedang stres. Cobalah segera selesaikan masalah sejak awal. Misalnya jika Anda mengalami kesulitan belajar, coba untuk berlatih jauh-jauh hari sebelum masa ujian sekolah. Hal ini akan membantu mempersiapkan diri Anda.
     Membuat administrasi pembelajaran dengan rinci dan jelas dan menjalankan dengan benar.
    Bantuan orang lain
Jika beban bertambah berat dan Anda tidak sanggup menghadapinya, jangan pikul sendirian. Coba berbagi dan berkomunikasi dengan orang lain khususnya orang tua, orang yang terdekat yang dapat membantu menyelesaikan masalah. Diskusikan dengan mereka cara mengatasinya. Ini merupakan cara terbaik untuk mengelola stres saat situasi sudah begitu berat.
    Manajemen waktu
Aturlah waktu seefektif mungkin jangan menunda suatu pekerjaan karena akan menyebabkan pekerjaan semakin menumpuk dan akan menghabiskan waktu yang sangat banyak dalam menyelesaikannya.
    Manajemen kebutuhan pribadi
Manajemen pribadi adalah manajemen qolbu sederhanakan permasalahan yang kita hadapi tapi bukan menyepelekannya.
    Olah raga
Berolahraga walaupun sejenak akan membuat aliran darah yang terhambat yang diakibatkan oleh stres atau tekanan yang mengakibatkan peredaran darah tidak lancar.
    Makan makanan yang bergizi
Beban pekerjaan dan beban fikiran akan menguras energi tubuh kita. Oleh karena itu tubuh membutuhkan Gizi yang seimbang.. Bila tidak diimbagi oleh gizi yang baik maka kondisi tubuh akan menjadi lemah dan akan membuat rentan terhadap berbagi penyakit.
    Berfikir positif
Ketika kita membawa kita pada syakwa sangka yang negatif maka kita akan merasa dan berada pada situasi terancam, dan itu akan membebankan fikiran. Dan menjadikan kita stres. Maka ketika kita berfikir positff maka kita akan merasa relaks dan aman yang akan melahirkan perasaan yang tenang.
    Mempererat hubungan
Mengembangkan hubungan antar pribadi maka permasalahan akan cepat terselesaikan dan akan merasa lebih akrab sehingga tidak ada kecanggungan tapi tanpa melanggar batas-batas atau norma-norma/aturan-aturan secara struktural.
    Meditasi (berdo’a)
Meditasi adalah mengosongkan fikiran melupakan sejenak beban-beban pekerjaan yang mnghimpit dan membuat stress.
Bagi kaum muslimin sholat adalah jalan terbaik dalam mengosongkan dan menghilangkan/meringankan beban fikiran karena dengan solat kita menyerahkan sepenuhnya bahwa keputusan yang terbaik adalah berada di tangan yang maha kuasa, sseraya kita mengadukan keluhan dan beban yang menghimpit batin dan jiwa kita tanpa akan dihianati. Karena tuhan adalah sebenar-benarnya dan sezat-nya sahabat.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bersabar dan berserah diri adalah keputusan yang tertinggi yang bisa dilakukan seorang manusia. Segala yang terjadi pada manusia, manis dan pahit, dibaliknya senantiasa ada hikmah yang mengikutinya. Maka patutlah manusia mengambil pelajaran atas segala yang telah terjadi. Senantiasalah bersabar dan berserah diri karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar. Semua yang terjadi adalah atas ketentuan yang maha kuasa. Pandanglah setiap kejadian dengan tidak berlebihan, karena Allah tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan.
Jika terjadi tekanan atau beban yang berat maka berserah dirilah kepada Allah karena Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi kapasitas yang kita miliki.
Manajeman stres adalah manajemen kognitif (fikir/akal), qolbu (iman) yang merupakan hasil dari tata nilai ilmu.

    Manajemen qolbu/ Iman
Kepasrahan atas segala hasil usaha yan maksimal kepada dzat yang “maha meng qobul-kan” segala usaha. Keyakinan atas segala ketentuan Allah Aza Wajalla, atas segala rahman-rakhim-Nya, bahwasannya Allah menentukan dan memberikan yang terbaik, bahwasannya Allah akan memberikan sesuatu sesuai yang disangkakan mahluknya, maka berhusnudzonlah kepada-Nya.
Sebagaimana yang tersurat dalam Alqur’an;
QS 3: 2
“dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rizki buah-buahan dalam syurga-syurga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk meraka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.


    Kogntif (akal/fikir)
Manusia diwajibkan “membaca” dengan akalnya yang dianugrahkan Allah kepada kita umat manusia. Membaca dalam artian menyimak dan merenungkan alam sekitar, membaca setiap kejadian, merenungkan setiap apa yang telah kita perbuat, benarkah? Salahkah? Apakah menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain? Apakah merugikan orang lain? Serangkaian pemikiran yang akan membawa kita kepada maaf dan memaafkan, dengan konsep yang sering kita sebut sebagai “Evadir”Nya antara lain;
1.    QS 2:255
“Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (mahluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kemampuan-Nya apa yang dilangit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at disisi Allah tanpa ijin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan dibelakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.

2.    QS 55:1-4
“(Tuhan) yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara”.

3.    QS 91:1-7
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringnya, dan siang apabila menampakannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),”

4.    QS 92: 18-21
“Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu ni’mat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (Dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.”

B.    Peringatan Allah Bagi Orang yang Tdak Mau Berfikir dan Bersyukur
Peringatan Allah bagi bagi orang yang tak mau berfikir dan tidak mau bersyukur atas segala yang diberikan Allah sehingga mengalami rasa kekurangan sehinga terjebak dalam dunia yang dibangunnya sendiri yakni yang dinamakan Stres. 
Allah telah memberikan dengan jelas dan lugas dalam firman-firmanNya antara lain;
1.    QS 2: 7
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat”.

2.    QS 4: 105, 131, dan 134
Ayat 105 “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan aa yang Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat”,

Ayat 131 “ Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerinthkan kepada orang-orang yang diberi  kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetap jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

Ayat 134 “Barang siapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.

3.    QS 6: 39 dan 46
Ayat 39 “Dan orang-orang yang mendustaka ayat-ayat kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita barang siapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya dia menjadikan nya berada di atas jalan yang lurus”.

Ayat 46 “ katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran daan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu? “perhatikanlah, bagaimana kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga)”.

4.    QS 90: 5
“Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya?

Dalam QS 55 terdapat sebanyak 31 kali pengulangan peringatan yang berbunyi “Maka Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

C.    Solusi stres Berdasarkan Kalam Ilahi
Allah pun memberikan keterangan sebagai penghiburan dan solusi atas segala yang dialami dan kejadian terburuk (menurut pandangan manusia), antara lain:
1.    QS 2: 62, 72, 212
Ayat 62 : “Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang yahudi, orang-orang nasrani dan orang-orang shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah hari kemudian daan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari tuhan mereka tida ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.

Ayat 72: ”Dan “(Ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan”.

Ayat 212: “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia dari pada mereka dihari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas”.

2.    QS 90: 4, 18
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.”
“.............mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan”.
Demikianlah ayat-ayat Allah membimbing dan memberi rambu-rambu kepada langkah-langkah umat manusia dalam menjalankan kewajibannya sebagai khalifah di muka bumi. Allah tiada memberikan beban melainkan sesuai takaran kemampuan setiap manusia. Dibalik kesukaran yang dialami ada hikmah indah yang menanti. Dan apabila kita menjalankan cobaan dan ujian dari Allah maka Allah menjanjikan pahala yang setimpal. Amin.























DAFTAR PUSTAKA
1.    Tim Dosen Administrasi pendidikan UPI. ALFABETA. 2009. Manajemen PENDIDIKAN

2.    Dr. H. Dadi Permadi, M.Ed. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri Kepala Sekolah

3.    Dr. H. Dadi Permadi, M. Ed. Dan Dr. H. Daeng Arifin, M.Si. PT. Sarana Panca Karya. 2002. Kepemimpinan Transpormasional Kepala Sekolah

4.    Dr. H. Dadi Permadi, M. Ed. Dan Dr. H. Daeng Arifin, M.Si. Nusa Aulia. 2010. The Smiling Teacher

5.    WWW@google.com

Selasa, 17 Januari 2012

beberapa teori Belajar


BEBERAPA MATERI TEORI BELAJAR
Pendahuluan
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi pada tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan suatu kegiatan tugas professional pendidikan, yang bertolak dari perubahan kondisi pembelajaran saat ini dan merekonstruksi suatu model pembelajaran ke masa yang akan datang. Berkaitan dengan hal itu perlu dipahami terlebih dahulu apa dan bagaimana model dalam konteks praktik pembelajaran.
Menurut Mills (1989:4), model adalah bentuk reprensentasi akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Hal itu merupakan interpretasi atas hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.
Perumusan model mempunyai tujuan: (1) memberikan gambaran kerja sistem untuk periode tertentu, dan di dalamnya secara implisit terdapat seperangkat aturan untuk melaksanakan perubahan; (2) memberikan gambaran tentang fenomena tertentu menurut diferensiasi waktu atau memproduksi seperangkat aturan yang bernilai bagi keteraturan sebuah sistem; (3) memproduk model yang mempresentasikan data dan format ringkas dengan kompleksitas rendah.


Dengan demikian, suatu model dapat ditinjau dari aspek mana kita memfokuskan suatu pemecahan permasalahannya. Pengertian model pembelajaran dalam konteks ini, merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar, yang dirancang berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada implementasi KTSP dan implikasinya pada tingkat operasional dalam pembelajaran.
Model Mengajar
Beberapa aliran pembelajaran konstruktivisme:
§ Piaget
Pembelajaran konstruktivisme berdasarkan pemahaman Piaget, beranggapan bahwa: 1) gambaran mental seseorang dihasilkan pada saat berinteraksi dengan lingkungannya, 2) pengetahuan yang diterima oleh seseorang merupakan proses pembinaan diri dan pemaknaan, bukan internalisasi makna dari luar.
§ Konstrukstivisme personal
pembelajaran menurut konstruktivisme personal, memiliki beberapa anggapan (postulat), yaitu: 1) Set mental (idea) yang dimiliki peserta didik mempengaruhi panca indera dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap proses pembentukan pengetahuan, 2) Input yang diterima peserta didik tidak memiliki makna yang tetap, 3) peserta didik menyimpan input yang diterima tersebut ke dalam memorinya, 4) input yang tersimpan dalam memori tersebut dapat digunakan lagi untuk menguji input lain yang baru diterima, 5) peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap apa yang menjadi keputusannya.
§ Konstrukstivisme sosial
Konstruktivisme sosial beranggapan bahwa pengetahuan yang dibentuk oleh peserta didik, merupakan hasil interaksinya dengan lingkungan sosial disekitarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa: a) pengetahuan dibina oleh manusia, 2) pembinaan pengetahuan bersifat sosial dan personal, 3) pembina pengetahuan personal adalah perantara sosial dan pembina pengetahuan sosial adalah perantara personal, 4) pembinaan pengetahuan sosial merupakan hasil interaksi sosial, dan 5) interaksi sosial dengan yang lain adalah sebagian dari personal, pembinaan sosial, dan pembinaan pengetahuan bawaan.
§ Konstrukstivisme radikal
Konstruktivisme radikal beranggapan bahwa: 1) kebenaran tidak diketahui secara mutlak, 2) pengetahuan saintifik hanya dapat diketahui dengan menggunakan instrumen yang tepat, 3) konsep yang terjadi adalah hasil yang diperoleh individu setelah melakukan ujicoba untuk menggambarkan pengalaman subjektif, 4) konsep akan berkembang dalam upaya penggambaran fungsi efektif tentang pengalaman subjektif.
Implikasi konstrukstivisme terhadap pembelajaran adalah: (1) Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, jika peserta didik tidak diberi kesempatan menyelesaikan masalah dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya; (2) Pada akhir proses pembelajaran, peserta didik memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya; (3) Untuk memutuskan (menilai) keputusannya, peserta didik harus bekerja sama dengan peserta didik yang lain; (4) Guru harus mengakui bahwa peserta didik membentuk dan menstruktur pengetahuannya berdasarkan modalitas belajar yang dimilikinya.
Pergeseran Konsep Pembelajaran