Total Tayangan Halaman

Rabu, 15 Februari 2012

PERENCANAAN SEKOLAH MASA DEPAN DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)

BAB - I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional  Bab IV Pasal 10 menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan, membimbing, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya, Pasal 11 Ayat (1) juga menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, wewenang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah menjadi semakin besar. Lahirnya kedua undang-undang tersebut menandai sistem baru dalam penyelenggaraan pendidikan dari sistem yang cenderung sentralistik menjadi lebih desentralistik.
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan:
•    Sekolah dan komite sekolah (masyarakat), atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasar¬kan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertangung jawab terhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK ( Pasal 17 Ayat 2)
•    Berdasarkan ketentuan di atas, daerah atau sekolah memiliki ruang gerak yang luas untuk melakukan modifikasi dan mengembangkan variasi-variasi penyelengaraan pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi, dan kebutuhan daerah, serta kondisi siswa. Untuk keperluan di atas, perlu adanya panduan pengembangan silabus untuk setiap mata pelajaran, agar daerah atau sekolah tidak mengalami kesulitan
•    Berdasarkan landasan-landasan hukum di atas, maka jelaslah bahwa partisipasi masyaratt terhadap kepentingan pendidikan adalah merupakan hal yang mutlak, baik dalam hal penyelenggaraannya maupun pembiayaannya.
B.    Landasan Hukum
•    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
•    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
•    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
C.    Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembahasan materi ini adalah mermberikan pengertian dan gambaran umum tentang system pengembangan pengelolaan Sekolah/Madrasah kepada pembaca, dengan tujuan agar kita semua menjadi paham tentang tugas dan kewajiban sebagai praktisi pendidikan setelah adanya meluncurnya MBS.
D.    Identifikasi Masalah
Setelah kita tahu tentang gambaran umum tentang system pengembangan pengelolaan Sekolah/Madrasah dengan pendekatan MBS, seperti akan dijelaskan pada Bab-II nanti akan memberikan penjelasan kepada para pengelola Sekolah/Madrasah dan praktisi pendidikan, bahwa betapa leluasanya sekolah untuk membuat arah dan tujuan pendidikan diselenggarakan di masing-masing tempatnya.
Namun disisi lain apakah sekolah sudah siap melaksanakan pengembangan sekolah yang beorientasi ke masa depan dengan pendekatan MBS seperti yang diharapkan pembuat kebijakan seperti di atas dan kebutuhan masyarakat ?
Sementara tidak semua sekolah memiliki sumber daya yang memungkinkan bisa melaksanakan pengembangan Sekolah seperti yang diharapkan, sebab untuk mengimplementasikan hal tersebut kita harus paham kebutuhan Sekolah sesuai dengan kebutuhan lingkungan sekolah maka setiap sekolah harus memiliki:
-    Sumber daya manusia (guru yang propesional),
-    Sarana prasarana yang mendukung,
-    Sumber belajar siswa yang memadai baik yang berupa materi ajar maupun yang berupa alat belajar,
-    Dukungan sari semua pihak yang terlibat dalam kepentingan sekolah.






















   

PERENCANAAN SEKOLAH MASA DEPAN
DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)

BAB - II
LANDASAN TEORI
Pendidikan sebagai proses untuk menghasilkan pelajar yang memiliki kemampuan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang berguna di masyarakat ketika mereka lulus dari suatu sekolah atau lembaga pendidikan. Peningkatan dan perkembangan keterampilan, pengetahuan dan sikap merupakan produk. Dimana para edukator seperti Tata Usaha (administrator), guru, kepala sekolah, kepala dinas pendidikan, perencana dan tenaga ahli kurikulum, memiliki kedudukan sebagai manajer. Mereka mengelola, mengidentifikasinya, dan merunutnya apa yang dibutuhkan oleh murid sehingga murid mengalami peningkatan dan perkembangan yang identik dengan perkembangan keterampilan, pengetahuan dan sikap.
A.  Kepala Sekolah Pembuka Pintu Gerbang Sekolah Masa Depan
Islam tidak mengharamkan perubahan. Bahkan dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa "suatu kaum tidak akan berubah jika kaum itu sendiri tidak merubahnya". Namun dengan tidak mengindahkan bahwa segalanya adalah Allah Yang Maha Takdir. Dengan demikian mengupayakan adalah menjadi suatu kewajiban, hanya keberhasilan Allah pula yang menentukan. Upaya mengubah adalah kewajiban sehingga membentuk manusia untuk terus memaksimalkan diri ke arah perubahan yang diinginkan, baik untuk diri sendiri, sebagai individu maupun sosial, baik lahir maupun batin atau pun untuk orang lain bahkan lingkungan di sekitarnya, baik yang hidup maupun mati.
Allah menganjurkannya "berdo'alah pada-Ku, niscaya aku kabulkan". Seolah permintaan atau keinginan apa pun Allah tidak menolaknya tanpa batas. Lebih dari itu bagi kaum atheis/ materialistis merasa perubahan adalah penting bagian dari hidup dan yang bisa mengupayakan hal tersebut adalah kemampuannya sendiri karena mereka yakin bahwa perubahan sepenuhnya merupakan akibat dari perbuatannya sendiri termasuk alam. Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia terus berupaya melogikakan apa pun kehendaknya termasuk proses pencapaian kehendaknya tersebut. Maka dari itu muncullah berbagai macam teori, konsep bahkan hukum yang berhubungan dengan atau antara keinginan, cara dan strategi pencapaiannya.
Umumnya hidup dalam kehidupan. Dunia pendidikan pun tidak terlepas dari yang disebut perubahan. Perhatikan perkembangan keilmuan dan pengetahuan sekarang ini yang merupakan bukti konkret kemajuan pendidikan akibat upaya-upaya perubahan. Kapan, dimana, bagaimana perubahan itu bisa terjadi? Secara sederhana bagitu manusia berkehendak dan dianggap sebagai masalah maka memunculkan berbagai pemikiran tentang kapan waktunya, berapa lama, bagaimana cara mencapainya atau solusinya, dll. .
B. Studi tentang Perencanaan Manajemen Berbasis Sekolah
Edukator memiliki tanggung jawab dalam merencanakan, mendesain, dan mengaplikasikan sistem pendidikan yang efektif dan efisien. Kesuksesan manajemen menurut Lessinger dalam Kaufman (1962) adalah nampak pada akuntabilitas dari outcome. Perlu diperhatikan dalam hal akuntabilitas dalam manajemen pendidikan dapat dilihat dari bagaimana tujuan yang ingin dicapai, objektivitas dan prosedur pencapaiannya dimana kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan kondisi negara menjadi acuan. Oleh sebab itu tidak cukup para pakar saja membuat kurikulum nasional, legistor menentukan kebijakan pendidikan nasional, para guru seenaknya mengajar, atau kebijakan kepala sekolah, akan tetapi berjalan berdasar atau mengacu pada kebutuhan masyarakat, dan kemampuan pelajar itu sendiri.
Pendidikan sebagai manajemen sedikitnya memiliki 2 fungsi manajemen menurut Cook dalam Kaufman (1962) yaitu sistem perencanaan dan sistem pengawasan dan menurut Mac Donald seperti halnya manajemen pada umumnya dalam pendidikan pun mengenal 5 bagian penting dai proses manajemen yaitu planning, organizing, staffing, directing dan controling. Semuanya dijabarkan dalam 6 langkah manajemen pendidikan yaitu langkah-langkah problem solving sebagai bentuk dasar dari suatu sistem pendekatan untuk pendidikan, sebagai berikut:
1.    Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah-masalah.
2.    Mengumpulkan berbagai pemecahan masalah dan mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah.
3.    Memilih atau menentukan strategi pemecahan masalah dan perangkat yang memungkinkan dari berbagai alternatif tadi.
4.    Melaksanakan strategi pemecahan masalah. Termasuk di dalamnya manajemen dan kontrol strategi dan perangkat yang dipilih.
5.    Mengevaluasi proses pelaksanaan strategi (efektivitas).
6.    Merevisi berbagai langkah atau bagian strategi yang salah atau kurang tepat atau yang memungkinkan pencapaian tujuan meleset. Sehingga pendidikan menjadi responsif, efektif dan efisien.
Seperti pada manajemen secara umum, manajemen pendidikan meliputi empat hal pokok, yaitu perencanaan pendidikan, pengorganisasian pendidikan, penggiatan pendidikan, dan pengendalian atau pengawasan pendidikan. Secara umum terdapat sepuluh komponen utama pendidikan, yaitu: peserta didik, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, paket instruksi pendidikan, metode pengajaran (dalam proses belajar mengajar), kurikulum pendidikan, alat instruksi & alat penolong instruksi, fasilitas pendidikan, anggaran pendidikan, dan evaluasi pendidikan.
C. Ruang lingkup manajemen sekolah adalah sebagai berikut:












Sekolah masa depan atau sekolah yang mampu menghadapi berbagai tantangan globalisasi dan modernisasi. Chaidar mengungkapkan bahwa modernisasi itu secara kasat mata terlihat dalam wujud material (hard culture) sebagai kultur baru. Tak pelak lagi, wujud material dan wujud kultural ini dibentuk oleh pendidikan. Operasionalisasi alat-alat canggih dan mesin birokrasi pemerintahan hanya mungkin dilakukan oleh tenaga terdidik. Artinya, tanpa pendidikan tidak mungkin ada modernisasi. Dengan ciri (dalam konteks bangsa Indonesia sebagai Negara berkembang). sebagai berikut:
1.    Mampu menghasilkan produk (lulusan) yang memiliki keahlian dan keterampilan yang pasti, terukur dan menyeluruh.
2.    Sekolah menghasilkan proses transformasi sosial: peningkatan martabat, perekonomian, dan lain-lain. Berjalan   melalui tahahapan-tahapan yang sinambung. Artinya, sekolah memiliki tahapan perencanaan pendidikan yang fokus dan memperioritaskan segala sesuatunya di bawah payung rencana Strategis (Renstra) Jangka Panjang Sebagai Terjemahan Dari Visi dan Misi Pendidikan Nasional.
Menurut Tilaar (2007), mengungkapkan bahwa “untuk dapat merumuskan paradigma baru perencanaan pendidikan dan penelitian yang efektif dan efisien perlu kita cermati terlebih dahulu transformasi masyarakat Indonesia menapaki abad 21. Masyarakat masa depan merupakan suatu masyarakat terbuka, masyarakat kompetitif yang menuntut aspek kualitatif di dalam kehidupan sebagai manusia dan sebagai bangsa di tengah-tengah peradaban umat manusia yang mengglobal”. Dengan demiikian sekolah masa depan adalah sekolah yang mampu menjawab tantangan kondisi masyarakat yang semakin terbuka kompetitif dan dampak globalisasi. Intinya sudah mulai dikembangkan di sekolah yang lebih responsibel. Sekolah yang lebih perduli terhadap kastemernya. Sekolah-sekolah yang disesuaikan dengan kehendak dan keinginan masyarakat dan stakeholder, dengan demikian muncul fenomena Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai solusi alternative yang strategis akan tuntutan modernisasi. Selain itu sekolah masa depan adalah sekolah yang mampu menyediakan atau menyiapkan masyarakat masa depan sebagaimana termaktub dalam GBHN (1999:67) dalam Sufyarman, menetapkan misi dalam rangka mewujudkan visi bangsa Indonesia antara lain:
1.    Perwujudan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian dinamis, kreatif dan berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi.
2.    Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan berbasis pada sumber daya alam dan sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan, berkelanjutan.
3.    Perwujudan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhklak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia.
Kualitas pendidikan dan sumber daya manusia Indonesia yang rendah merupakan dampak dari rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Kenyataan bahwa lulusan pendidikan si Indonesia kurang kompetitif serta kalah bersaing dengan negara-negara berkembang lainnya, dan selain dari itu nampak adanya kesenjangan (gap) antara kualitas pendidikan di Indonesia dengan kualitas pendidikan tinggi.
1.    Banyak sekolah
2.    Minimnya prestasi
3.    Lulusan pendidikan kurang kompetitif, baik dari level regional maupun nasional.
Gap inilah yang seharusnya dibenahi dengan menerapkan Manajemen pendidikan yang baik. Manajemen berbasis sekolah adalah upaya yang tepat untuk mengatasi persoalan mutu pendidikan yang rendah pada saat ini, karena pada dasarnya manajemen berbasis sekolah merupakan upaya sistematis yang menyangkut efesiensi dan efektifitas pemanfaatanserta pengelolaan sumber daya pendidikan agar menhasilkan mutu pendidikan yang baik dan unggul.
Manajemen pendidikan dikenal dengan dua mekanisme pengaturan yaitu system sentralisasi dan system desentralisasi. Otonomi daerah sebagai salalhsatu kebijakan politik tingkat makro akan memberi imbas terhadap otonomi sekolah sebagai subsystem pendidikan  nasional. Maka sudah sepantasnya pengelolaan pendidikan diserahkan sepenuhnya ke tingkat sekolah, untuk mengelola proses pendidikan dengan mempertimbangkan aspirasi asyarakat dan pemberdayaan potensi lokal. Modal pengelolaan tersebut dikenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau Scholl Based Management (SBM). Namun patut pula diperhatikan kelemahan MBS dalam negara berkembang, seperti halnya efek desentralisasi dalam politik, yaitu munculnya raja-raja kecil sebagai sosok pimpinan yang tidak tergoyahkan yang memiliki kewenangan penuh akan pengambilan keputusan di sekolah sehingga tujuan pendidikan menjadi bias sesuai kehendak kepala sekolah.
Manajemen berbasis sekolah merupakan bentuk operasional dari sistem desentralisasi, di harapkan dengan sistem tersebut akan membuka peluang pada masyarakat untuk berpartisipasi dalam dunia pendidikan melalui School Council dan meningkatkan kualitas pendidikan serta pemberdayaan potensi local.
D. Konsep Manajemen Berbais Sekolah (MBS)
Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya pemerintahan untuk mencapai keunggulan masyarakat, bangsa dalam pengusahaan ilmu dan teknologi yang dinyatakan dalam GBHN. Menurut menurut Mulyasa (2002) MBS bercirikan ketererlibatan masyarakat dan respons pemerintahan terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat. Selanjutnya Mulyasa mengungkapkan bahwa dalam MBS, sekolah dituntut secara mandiri dalam menggali, mengealokasiakan, menentukan prioritas, mengendalikan dan mempertanggung jawabkan pemberdayaan sumber daya baik kepada masyarakat maupun pemerintahan. Menurut Suryarman (2003) Konsep dasar school based management adalah pengalihan pengambilan keputusan dari pusat/ kanwil /kandep dinas ke sekolah.
Pengalihan kewenangan atas pengembalian keputusan ke level sekolah, maka sekolah di harapakan lebih mandiri dan mampu menentukan arah pengembangan yang sesuai dengan kondisi dan tuntunan lingkungan masyarakat.
Supriono dan Ahmad (2001), mengemukakan bahwa ada ciri-ciri manajemen berba?is sekolah antara lain:
1.  Adanya upaya peningkatan peran serta BP3 dan masyarakat untuk mendukung kinerja sekolah.
2.    Program    sekolah    disusun   dan   dilaksanakan   dengan   mengutamakan
kepentingan proses belajar mengajar.
3.    Menerapkan prinsip efektifitas dan efisiensi dalam pengunaan sumber daya
sekolah (anggaran, personel, fasilitas).
4.    Mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan kemampuan dan
kondisi Iingkungan sekolah walau berbeda dari pola umum atau kebiasaan.
5.    Menjamin    terpeliharanya    sekolah    yang    bertanggung   jawab    kepada
masyarakat, selain kepada pemeritahan atau yayasan.
6.    Meningkatkan profesionalisme personal sekolah.
7.    Meningkatkan kemandirian sekolah disegala bidang.
8.    Adanya keterlibatan semua unsur terkait dalam perencanaan program sekolah,
pelaksanaan sampai dengan evaluasi (kepala sekolah, guru, BP3, tokoh masyarakat dan Iain-lain).
9.    Adanya keterbukaan dalam pengelolaan pendidikan sekolah, baik menyangkut
program, anggaran, ketenagan dan prestasi.
10.    Pertanggung jawaban sekolah dilakukan baik terhadap pemerintah, yayasan
maupun masyarakat
Tujuan utama penerapan MBS adalah untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan serta mutu dan relevansi pendidikan disekolah. Adanya wewenang atau otonomi yang lebih besar dan lebih luas lagi kepada sekolah dalam mengelbla urusannya maka efisiensi pemanfaatan sumber daya pendidikan akan lebih tinggi karena sekolahlah yang lebih tahu tentang kebutuhan dan kondisinya. Secara rinci tujuan MBS adalah sebagai berikut:
1.    meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia
2.    meningkatkan    kepedulian    warga    sekolah    dan    masyarakat    dalam
menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama
3.    meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan
pemerintah tentang mutu sekolahnya
4.    meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan
yang akan dicapai.
E. Manajemen Peningkatan Mutu
Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah adalah pengkoordinasikan dan menyerasikan sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah (stake holders) secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau tujuan mutu dalam rangka kebijakan pendidikan nasional. Jadi MBS adalah sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar dalam mengambil keputusan untuk meningkatkan mutu sekolah yang melibatkan semua warga sekolah. Dengan prinsip-prinsip implementasinya sebagai berikut:
1.    Kekuasaan
Kepala sekolah memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk megambil keputusan berkaitan dengan kebijakan pengelolaan sekolah. Kekuasaan ini dimaksudkan untuk memragkinkan sekolah berjalan dengan efektif dan efisien. Kekuasaan yang dimiliki kepala sekolah akan efektif apabila mendapat dukungan partisipatif dari berbagai pihak terutama guru, dan orang tua siswa.
2.    Pengetahuan
Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah harus menjadi seseorang yang berusaha terus menerus menambah pengetahuan dan keterampilan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. Untuk itu sekolah dituntut untuk memiliki sistem pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) lewat berbagai pelatihan atau workshop guna membekali guru dengan berbagai kemampuan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
3.    Sistem Informasi
Sekolah yang melakukan MBS perlu memiliki informasi yang jelas berkaitan dengan program sekolah. Informasi ini diperlukan agar semua warga sekolah serta masyarakat sekitar bisa dengan mudah memperoleh gambaran kondisi sekolah. Dengan informasi tersebut warga sekolah dapat mengambil peran serta partisipasi. Disamping itu ketersediaan informasi sekolah memudahkan pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas sekolah. Terutama informasi kemampuan guru dan prestasi siswa.
4.  Sistern Penghargaan
Sekolah yang melaksanakan MBS perlu menyusun sistem penghargaan untuk memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang berprestasi. Sistem pengahrgaan ini diperlukan untuk mendorong karier warga sekolah yaitu guru, karyawan dan siswa. Diharapkan akan muncul motivasi dan ethos kerja dari kalangan sekolah dengan tidak mengidahkan sifat adil dan merata.
MBS rnerupakan paradigma baru yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dengan maksud agar sekolah Ieluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan. Pada sisitem MBS sekolah dituntut secara mandiri menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan dan mempertanggungjawabkan pcmberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Sebagai bentuk reformasi pendidikan MBS menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi siswa dan hal ini memungkinkan untuk peningkatan kinerja staff, partisipasi langsung stakholder, dan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan
F. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin
Hubungan masyarakat dengan kekuasaan, implementasinya ialah adanya pemimpin. Rasulullah SAW bersabda : "Tidaklah halal (tidak boleh) bagi tiga orang yang berada di satu tempat dipermukaan bumi ini, terkecuali salah seorang dari mereka itu menjadi pemimpin" (HR. Ahmad). Dengan demikian kaum Muslimin dan komunitas kecil sekalipun wajib ada yang memimpin, begitupun sekolah sebagai bentuk organisasi. Pemimpin itu harus orang yang bertanggung jawab, sebagaimana Sabda Rasulullah SAW: "Barang siapa yang tidak mementingkan kaum Muslimin, bukanlah tergolong dari mereka"(AI Hadist). Pemimpin yang kualifikasinya seperti itu tidak datang dengan sendirinya, melainkan menuntut tanggung jawab kaum Muslimin, sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :"Jadikanlah olehmu buat Imam (pemimpin-pemimpin) kamu orang-orang yang terpilih di antara kamu, karena mereka adalah perantara kamu dengan Tuhanmu."(HR. Ad Daraquthny).
Menurut Anang dalam MBS diperlukan seorang pcmimpin (kepala sekolah), selain ahli dalam kemampuan manajerial, harus pula mempunyai sikap mental dan moral yang baik dan bersih, arif dan bijaksana, ikhlas, mengembangkan takwa yang bisa membedakan baik dan batil, berani menunjukkan kebenaran yang tidak silau kedudukan dan harta. InsyaAllah dalam pelaksanaan otonomi daerah, dengan tujuan pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dapat dicapai walaupun PAD-nya sangat terbatas.
Sekolah merupakan salah satu lembaga yang dipercaya masyarakat dan. negara untuk menyiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan bangsa. Karena itu, sekolah dituntut harus mampu menghasilkan output yang berkualitas yaitu SDM yang pandai, trampil dan berbudi pekerti luhur. Untuk menghasilkan output yang berkualitas tersebut diperlukan input (raw material) dan proses (sistem pendidikan) yang berkualitas, disamping variabel lain yang berpengaruh seperti lingkungan, kondisi sosial ekonomi orang tua (masyarakat), sarana prasarana, kurikulum, serta suasana kerja yang sejuk dan dinamis yang dapat menumbuhkan etoskerja dan komitmen tinggi dari seluruh jajaran yang ada di sekolah. Dan untuk mengatur semua komponen pendidikan yang ada di sekolah itu dibutuhkan kepemimpinan (Kepala Sekolah) yang kuat sebagai pengelola pendidikan di sekolah.
Dalam sistem School Based Management (SBM) peranan pemerintah dalam pengelolaan pendidikan dikurangi, sedangkan kewenangan Pimpinan/Kepala Sekolah diberikan seluas-luasnya dengan kontrol manajemen dilaklukan oleh Komite Sekolah.

G. Eductional Planning (Perencanaan Pendidikan)
Nilai-nilai keberhasilan suatu peadidikan memakan banyak waktu. Bukan lagi hitungan hari atau bulan tetapi tahun bahkan puluhan tahun. Sehingga menjadikan kesulitan dalam proses penentuan siapakah yang bertanggung jawab atas ketidak dan keberhasilan suatu pendidikan. Dengan demikian memungkinkan adanya peluang yang sangat besar bagi para edukator untuk tidak bertanggung jawab. Sederhananya akibat tidak terasa langsung hasil perbuatan menjadikan tidak antusias bahkan tidak perdtli, sehingga tidak maksimal untuk menghindari bahkan memunculkan dan melaksanakan solusi dalam berbagai masalah yang terjadi.
Menurut Udin, dkk (2005) Perencanaan pendidikan menjadi kunci efektivitas kegiatan (key factor) untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Namun kenyataannya, perencanaan pendidikan Iebih banyak dijadikan faktor pelengkap, sehingga sering terjadi tujuan yang ditetapkan tidak tercapai secara optimal. Penyebabnya adalah para perencana pendidikan masih kurang memahami proses dan mekanisme perencanaan dalam konteks yang lebih komprehensif.
Beberapa definisi perencanaan pendidikan menurut para ahli, antara lain sebagai berikut : oleh Guruge ( 1972) bahwa perencanaan pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan. Begitu juga dikatan oleh Albert Waterston (dalam Don Adam, 1975) bahwa perencanaan pendidikan adalah investasi pendidikan yang dapat dijalankan dan kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang di dasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya serta keuntungan sosial.
Kesimpulannya, perencanaan pendidikan telah berkembang dengan berbagai pendekatan dan metodologinya yang cukup kompleks dan rumit, antara lain, model pendekatan sosial Demand, Man Power, Cost Benefit, Strategic dan Komprehensif



BAB – III
PEMBAHASAN
A. Pola Sekolah Masa depan
 Pola Sekolah Masa depan adalah sekolah yang memiliki kepala sekolah masa depan atau memiliki kepala sekolah yang berfikir ke depan. Penerapan manajemen berbasis sekolah, diharapkan semaksimal mungkin profesionalisme seorang kepala sekolah sebagai ”decision maker”, atau sebagai pengambil kebijakan utama dalam menggapai perkembangan dan kemajuan sekolahnya. Oleh sebab itu patut dikedepankan seorang yang berhak dan wajib menjadi kepala sekolah ialah seseorang yang memiliki leadreship yang tinggi dan pemahaman akan manajerial dalam bidang pendidikan yang tinggi pula.
Sekolah akan berdiri pincang, tidak berjalan normal dan jauh yang diharapkan oleh semua pihak bila dalam kegiatannya dikepalai oleh seorang yang korup. Tidak mengerti bahwa sekoleh beserta isinya adalah amanah dengan berbagai tanggung jawab yang diembannya. Bagaimana tidak dana yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kemaslahatan semua kegiatan sekolah malah menjadi sebesar-besarnya kemakmuran pribadi. Sedangkan kita ketahui bahwa dana tersebut adalah dana berasai dari masyarakat.          MBS memberikan kesempatan sebesar-besarnya kinerja edukator di level sekolah untuk maksimal memberikan yang terbaik bagi kastemernya. Dengan anggapan mereka yang lebih dekat dan lebih tahu apa yang dinginkan dan diharapkan kastemernya. Bukan menciptakan raja-raja kecil yang begitu otoriter memanfaatkan kekuasaanya untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Sebagai bentuk tuntutan masa depan maka kepaia sekolah hams memiliki jiwa kepemimpinan (leadership) yang mapan dicirikan dengan
1.    Kepribadian yang kuat : Percaya diri yang tinggi (tidak sombong), optimis,
rendah hati dan memiliki kepekaan sosial.
2.    Memehami tujuan pendidikan dengan benar, penting terutama untuk strategi
pencapaiannya.
3.    Pengetahuan yang luas, terutama pengetahuan dibidangnya dan bidang-bidang
lain yang terkait (pendidikan)
4.    Keterampilan   profesional:    1)   Keterampilan   teknis:   memanaj   waktu,
mengsupervisi pengajaran, memimpin rapat, dll, 2) keterampilan hubungan kemanusiaan: bekerjasama, memotivasi, dll. 3) keterampilan konseptual: mengembangkan konsep pengembangan sekolah, memperkirakan masalah yang akan muncul dan mencari solusi pemeoahannya.
Dengan prinsip-prinsip kepemimpinan sebagai berikut:
1)    Konstruktif, mampu membina dan mendorong staff untuk berkembang secara optimal
2)    Kreatif, selalu mencari gagasan dan cara baru dalam melaksanakan tugasnya
3)    Partisipatif, mendorong keterlibatan semua pihak tidak kecuali dirinya terkait dalam kegiatan di sekolah.
4)    Kooperatif, mementingkan kerjasama dengan staf dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan kegiatan sekolah
5)    Delegatif,   beruapay   mendelegasikan   tugas   kepada   staf,   sesuai   dengan jobdeskripsi serta kemampuan mereka
6)    Integratif, selalu mengintegrasikan semua kegiatan sehingga dihasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah
7)    Rasional dan objektif, dalam melaksanakan tugas atau  bertindak selalu mempertimbangkan rasio dan objektif.
8)    Pragmatis, dalam menetapkan keputusan atau kebijakan kepala sekolah harus mempertimbangkan  atau berdasar pada kondisi dan kemampuan yang nyata yang dimiliki sekolah,
9)    Keteladanan, dalam memimpin sekolah harus memberikan contoh yang baik.
10)    Adaptabel dan fleksibel, dalam melaksanakan tugasnya harus bisa adaftif dan pleksiber untuk menghadapi situasi dan menciptakan situasi kerja yang memudahkan staff beradaptasi.
B. Kemampuan Mengembangkan Manajerial
Sekolah masa depan ialah sekolah yang memiliki resistensi yang tinggi dan selalu serta siap tanggap akan arus modernisasi dan globalisasi. Dalam arti siap mengembangkan dampak positifhya dan siap mengurangi bahkan menghilangkan dampak negatifhya. Perlu kiranya seorang pengambil keputusan dan pelaksana keputusan yang padu dan baik secara managerial. Dalam MBS dimana kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan penting dalam sekolah harus memiliki kelebihan atau faham akan sistem manajerial dalam sekolah. Sehingga ia mampu mengsinergiskan berbagai kemampuan dan keberadaan sekolah baik kondisi minimal maupun maksimal untuk menghasilkan outcome yang maksimal secara efectif dan efisien.
 Kepala Sekolah sebagai pengelola membutuhkan berbagai pengetahuan, kemampuan maupun ketrampilan agar dalam menjalankan flingsinya sebagai pengelola dapat berhasil. Analisis yang dilakukan oleh Kepala Sekolah untuk mengembangkan dan menyusiin perencanaan strategik sekolah meliputi langkah-langkah:
1.    Merumuskan misi sekolah mencakup keberadaan, filosofi dan tujuan.
2.    Mengembangkan profile organisasi sekolah.
3.    Menilai lingkungan internal dan eksternal (Analisis SWOT)
4.    Menganalisis opsi dengan mencocokkan sumberdaya yang ada
5.    Mengidentiflkasi opsi yang paling dikehendaki
6.    Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum
7.    Mengembangkan sasaran tahunan
8.    Mengimplementasikan pilihan strategik
9.    Mengevaluasi keberhasilan proses strategik.
Pada waktu melakukan penilaian terhadap lingkungan eksternal dan internal sekolah, langkah awal yang dilakukan adalah:
b.    Mengkaji sejauh mana kelebihan atau kekuatan sekolah (STRENGTH).
c.    Mengkaji sejauh mana kelemahan sekolah (WEAKNESS)
d.    Mengkaji kesempatan atau peluang yang ada (OPPORTUNITY)
e.    Mengkaji ancaman maupun hambatan yang mungkin dihadapi (THREAT)
Pada intinya di level micro atau level sekolah tindakan logis untuk aplikasi
perencanaan adalah sebagai berikut:
Ketidakmungkinan karena keterbatasan kemampuan Kepala sekolah sebagai manusia, mengedapankan responsibilitas dan partisipatif, kebaikan karena kebersamaan (demokratis) maka penyusunan perencanaan tidak oleh satu orang kepala sekolah walaupun ujung-ujungnya kepala sekolah berperan besar dalam pengambilan keputusan. Biasanya dilibatkan elemen masyarakat (diwakili oleh dewan komite), wakil kepala atau guru dan staff, bahkan osis yang kompeten dalam bidangnya (kurikulum, kesiswaan, dana dan sarana serta Humas), untuk bekerja sama menyusun rencana satu tahun, lima tahun bahkan jangka panjang dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai efektif dan efisien.
Jenis perencanaan yang haus dimiliki adalah sebagai berikut ;
a.    rencana jangka panajang, untuk 8 tahun atau lebih, rencana bersifat Jebih
umum dan hanya menyebutkan arah pengembangan atau visi, misalnya
dalam waktu 8 tahun pengembangan sekolah diarahkan untuk peningkatan
mutu pendidikan dengan ditandai kestabilan perolehan prestasi nilai ujian
di atas rata-rata. contoh lain prestasi karya ilmiah remaja.
b.    Jangka menengah untuk 5 tahun, rencana jangke menengah harus sudah
lebih operasional    dengan menyebut terget dibanding jangka panjang
misalkan rata-rata uan nilai 8. berikut disertai penjabaran garis besar
programnya    misalkan    peningkatan    kualitas    pembelajaran    dengan
peningkatan sarana prasarana pembelajaran.
c.    dan jangka  pendek   untuk   satu   tahun.   Sudah   harus   rinci   dengan
kegiatannya, dan dapat dipedomani dalam kegiatan sekolah sehari-hari
dengan prinsip-prinsip:
(a).     mengacu pada tujuan, dalam arti harus berdasar tujuan yang akan
dicapai misalkan kasus target rata-rata nilai uan 8 berarti sudah
sepsipik sehingga bisa dijadikan pedoman untuk penyusunan program
dan pengukuran ketercaiapainanya   (relevance, validity dan ujung-
ujungnya akuntael)
(b).     dapat  dilaksanakan,   dalam   arti   mengerti   akan   kondisi/atmosfer
sekolah, sarana prasarana, tenaga dan biaya yang ada sebagai sumber
daya apa adanya untuk digali atau dikonservasi secara maksimal.
Dengan demikian rencana sekolah harus realistik atau tidak muluk-
muluk.
(c).    Komfrehensif dan integrated, menyeluruh dan terpadu. Tidak mungkin
suatu rencana tidak berdampak pada yang lain atau dipengaruhi oleh
yang lain di dalam suatu sistem. Rencana penambahan sarana pasti
berdampak pada anggaran. Rencana peningkatan nilai rata-rata uan
pasti berhubungan dengan jam pelajaran, tenaga pendidik, ketahanan siswa dan anggaran, jumlah ruang, dll. Integrated berarti terpadu setiap komponen yang terkait hams dirancang bersinergi saling mendukung satu sama lain (terpadu). Misalkan keterpaduan tenaga pengajar, anggaran dan orang tua untuk peningkatan rata-rata nilai uan.
(d). Efektif dan efisien, mecapai tujuan dengan dana, sarana (sumberdaya) minimal. Penyesuian pengembangan benar-benar diarahkan untuk pencapaian target atau tujuan dan dengan menerapkan perencanaan tenaga, wakru, dana, sarana yang hams diperhitungkan secara hemat. Misal tidak perlu menggunakan 2 orang tenaga bila bisa dikerjakan oleh 1 orang. Tidak perlu biaya transportasi bila memang cukup dengan berjalan.
       Untuk hal tersebut di atas langkah nyata yang perlu diprakarsai dalam perencanaan oleh seorang kepala sekolah sebagai perencana adalah sebagai berikut :
1.    Mengkaji kebijakan yang relevan, walaupun desentralisasi atau MBS diberlakukan bukan berarti total kebijakan ada pada kepala sekolah. Karena kebijakan tidak mutlak pada level mikro atau sekolah. Jadi  perlu kajian kebijakan level makro nsional, regional Dinas Pendidikan (daerah),pengembangan sekolah walaupun karena pada hirarkinya sekolah di bawah pusat dan daerah, sehingga kiblat kebijakan condong pada keputusan pusat dan daerah. Berhubungan dengan kurikulum, pendanaan, dll. Perencanaan-perencanaan yang disusun tetap di dalam koridor kebijakan nasional dan daerah.
2.    Menganalisis kondisi sekolah, mengetahui keadaan, kekuatan, kelemahan, atau kekurangan sekolah sehingga dapat diketahui betul kekuatan, kelemahan, peluang atau kesempatan, dan ancaman yang dihadapi sekolah. Dengan MBS sekolah lain bisa dianggap kompetitor, karena di dalamnya ada unsur persaingan kepercayaan dan responsibel dari masyarakat juga stakeholdernya. Hal ini perlu data yang akurat dan analisis khusus sehingga jika perlu menggunakan tenaga ahli. Biasanya dianjurkan menggunakan analisis SWOT(strenght, weakness, opportunity, threat).
3.    Merumuskan tujuan, berdasarkan kebijakan yang berlaku dan hasil analisis kondisi sekolah, dirumuskan tujuan yang ingin dicapai. Rumusan yang baik adalah harus menggambarkan prilaku atau kondisi, setelah program dilaksanakan dan terukur. Jika tujuan jangka menengah sudah ada maka selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan jangka pendek.
4.    Mengumpulkan data dan informasi, data yang dikumpulkan adalah data yang berkesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu komponen-komponen atau faktor-faktor yang diduga berkaitan dengan tujuan. Misal tujuan pencapaian nilai rata-rata UAN 8 maka data yang terkait adalah data guru, siswa, kurikulum, perpustakaan, jadwal pelajaran, pola UAN dan sebagainya. Baik data kualitatif maupun kuantitatif.
5.    Menganalisis data dan informasi, data yang sudah terkumpul dianalisis secara cermat komprehensif bila perlu secara statistik untuk lebih signifikan dan valid, kemudian ditafsirkan, baik masing-masing komponen secara terpisah maupun penafsiran berhubungan antar komponen.
6.    Merumuskan dan memilih alternatif program, berdasarkan hasil analisis kemudian dikembangkan kearah penemuan alternatif program untuk pencapaian tujuan yang akan ditetapkan. Sebaiknya ditetapkan lebih dari satu program. Sehingga memungkinkan untuk membandingkan dan mengevaluasi untuk memilih yang terbaik. Dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai efektif dan efisien.
7.    Menetapkan langkah-langkah kegiatan pelaksanaan, sebelum pelaksanaan alternatif yang dipilih perlu dijabarkan terlebih dahulu secara rinci sampai dengan tahap-tahap pelaksanaannya sebagai berikut :
a. sasaran yang ingin dicapai
b. kegiatan untuk pencapaian sasaran
c. siapa pelaksana dan penenggungjawab
d. kapan waktu pelaksanaannya
e. sarana dan prasarana
f. dana yang diperlukan
       Itulah tahap-tahap secara nyata menjadi wujud prinsip-prinsip perencanaan sekolah masa depan.




      







      





























BAB - IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari kajian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Damand of Change, manusia fitrahnya seslalu ingin berubah, selalu ingin yang lebih baik. Sehingga kondisi dunia pun berubah maka terjadilah seperti yang kita sebut sekarang ini modernisasi dan globalisasi. Pendidikan sebagai hidup dan kehidupan pun tidak terlepas dari perubahan tersebut.
Sekolah mengandung arti sebagai sistem managemen, dimana didaJam terkandung unsur-unsur manajerial. Planning, Oragnizing, Actuating, Controling dimana sumberdayanya adalah internal (kepala sekoJah, peserta didik, tenaga penagajar, adminstrator (TU) dan sarana) dan ekstemal (stake holder, pemerintah pusat, daerah dan masyarakat).
Atas dasar fitrah manusia sebagai khalifah untuk berubah dan perubahan dunia pada umumnya serta sekolah sebagai manajemen maka memunculkan sosok sekolah masa depan dimana sekolah dengan kondisi yang siap dan selalu mengikuti perkembangan zaman dalam arti mampu mengurangi bahkan menghilangkan efek globalisasi dan modernisasi dan menerima bahkan mengembangkan efek positif dari modernisasi dan globalisasi (Resistan = tahan banting untuk maju dan berkembang) dengan manifestasi condong Iebih demokratis atau responsif terhadap kastemer seperi halnya da^am dunia usaha. Buktinyatanya adalah pemberlakuan MBS dalam sekolah-sekolah di Indonesia.
Untuk menanggapi hal tersebut di atas diperlukan sosok figur kepala sekolah masa depan, sebagai garis akhir penentu kebijakan sekolah. Dengan kemampuan superb pada leadership (kepemimpinan) dan manajeriaJ salah saru diantaranya. Kemampuan ia sebagai planner. Sekolah masa depan adalah sekolah yang memiiiki visi misi kedepan bahkan kalau bisa mampu mengendalikan masa depan maka disinifah pentingnya sekolah dipimpin oleh futuristic planner (kepala sekolah yang memiiiki visi misi kedapan atau dengan perencanaan-perencanaa yang matang, akurat dan penuh pertanggungjawaban terhadap kastemernya).
Daftar Pustaka
Mulyasa, E. ( 2009 ). MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Rosdakarya.
          Bandung.
PPS Uninus,( 2008 ).Jurnal N E R. Redaksi PPS Uninus Bandung- Jawa Barat.
...........................( 2010 ). Catatan Perkuliahan Manajemen Organisasi      dan Personel Pendidikan. Bandung. Program Pasca Sarjana Uninus.
---------------------( 2010 ). Catatan Perkuliahan Globalisasi dan Standarisasi Pendidikan. Bandung. Program Pascasarjana Uninus.

Senin, 13 Februari 2012

sters dalam dunia kerja

BAB I
PENDAHULUAN
Dimensi kinerja yang semakin terbatas watu dan dituntut untuk semakin meningkat, memaksa seseorang untuk terus men-eksplor dan menggali kemampuan fikiran, tenaga dan perhatian akan apa yang menjadi profesionnya demi memenuhi kapasitas profesionalitas yang terkadang dipaksakan. Tetapi terkadang manusia juga terus terlupa dan terlena akan kapasitas fisik dn fsikisnya sehinga terjadilah over loaded atau out of limit. Maka sampailah keadaan itu padak titik nadirnya terpuruk dan terjatuh dan terhempas pada suatu keadaan yang diluar kuasanya.
Belum lagi dihadapkan pada keadaan yang tidak sejalan dan searah dengan kehendak atau tujuan yang ditetapkan atau keadaan yang ideal sehingga terjadi konflik. Konflik yang terjadi baik pada tantangan kerja yang tidak sesuai atau pada atasan yang kurang harmonis atau konflik dengan rekan kerja atau yang paling parah adalah konflik personal internal atau konflik pribadi. Hal ini akan menjadikan kondisi seseorang menjadi terjebak dalam kondisi yang sering atau kerap di sebut sebagai stres.
Stres bisa mengganggu pencapaian tujuan. Stres adalah bagian kondisi manusiawi, karena bisa berpengaruh positif, dimana akan memacu kinerja seseorang akan tetapi juga seringkali bersifat negatif  dimana seringkali menurunkan kualitas kinerja kita, untuk itu hendaknya kita memiliki kemampuan mengelola stres.
Jadi stres adalah kondisi dimana seseorang tidak sangupan mengontrol (Uncontrolled) dirinya baik secara fisik maupun fsikis. Stres adalah kondisi seseorang berada pada kondisi terlemah. Menurut Ahmad Sudraja “Stres adalah suatu kondisi tegangan (tension) baik secara faal maupun psikologis yang diakibatkan oleh tuntutan dari lingkungan yang dipersepsi sebagai ancaman”.
Berdasar pada uraian di atas untuk mengurangi atau memanfaatkan stres agar berpengruh posistif baik pada kinerja seseorang juga efektifitas dan kinerja sebuah orgnisasi seyogyanya diprehatikan penyebab, gejala-gejala stres juga solusi yang terbaik bagi personal maupun organisasi.


















BAB II
STRES DALAM ORGANISASI

A.    Pengertian Stres
Stres terjadi karenga adanya stressing atau tekanan atau berada pada kondisi dimana merasakan adanya tekanan.
Menurut Dr. Hans Selye dalam Dr. H. Dadi Permadi, M.Pd. dan Dr. H. Daeng Arifin, M.Si. (2010:149) Stres adalah respons badan (body) yang tidak Khusus terhadap berbagai tekanan dan tantangan yang terjadi baik dalam dunia kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari.

B.    Stres Dalam Organisasi
Stres terjadi dalam sebuah organisasi dikarenakan terjadinya ketidak sinergisan antar anggota dalam kelompok tersebut. Selanjutnya adalah adanya perbedaan misi dan visi dalam organisasi. Ketidak cakapan pemimpin dalam memanaj organisasi atau adanya ketimpangan dalam menentukan kebijakan terhadap hal-hal yang seharusnya diselesaikan dengan adil. 

C.    Macam-macam Stres
Stres terdiri dari dua macam;
1.    Eustres; stres ini adalah stres yang baik, biasanya masih dalam kondisi sedang-sedang saja. Ia masih bisa dikelola dan bisa memicu dan meningkatkan produktifitas kinerja seseorang baik dalam dunia kerja maupun dalam kehidupan. Stres ini bisa merangsang seseorang untuk meningkatkan motifasi dan inofasi.
2.    Distres; stres ini adalah stres yang berat yang dapat menimbulkan sakit baik jasmani maupun kejiwaan. Banyak orang menjadi gila, terjadi out of mind (bahkan bunuh diri) bila menghadapi stres yang berat dan berkepanjangan.



D.    Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Stres
Banyak sekali faktor yang bisa menyebabkan seseorang berada pada kondisi stres antara lain;
Secara umum penyebab stres antara lain:

1.    Ancaman.
Persepsi tentang adanya ancaman membuat seseorang merasa stres, baik ancaman fisik, sosial, finansial, maupun ancaman lainnya. Keadaan akan menjadi buruk bila orang yang mempersepsikan tentang adanya ancaman ini merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan tindakan apa pun yang akan bisa mengurangi ancaman tersebut.
2.    Ketakutan
Ancaman bisa menimbulkan ketakutan. Ketakutan membuat orang membayangkan akan terjadinya akibat yang tidak menyenangkan, dan hal ini membuat orang menjadi stres.
3.    Ketidakpastian
Saat kita merasa tidak yakin tentang sesuatu, maka kita akan sulit membuat prediksi. Akibatnya kita merasa tidak akan dapat mengendalikan situasi. Perasaan tidak mampu mengendalikan situasi akan menimbulkan ketakutan. Rasa takut menyebabkan kita merasa stres.

4.    Disonansi kognitif
Bila ada kesenjangan antara apa yang kita lakukan dengan apa yang kita pikirkan, maka dikatakan bahwa kita mengalami disonansi kognitif, dan hal ini akan dirasakan sebagai stres. Sebagai contoh, bila kita merasa bahwa kita adalah orang yang baik, namun ternyata menyakiti hati orang lain, maka kita akan mengalami disonansi dan merasa stres. Disonansi kognitif juga terjadi bila kita tidak dapat menjaga komitmen. Kita yakin bahwa diri kita jujur dan tepat janji, namun adakalanya situasi/lingkungan tidak mendukung kita untuk jujur atau tepat janji. Hal ini akan membuat kita merasa stres karena kita terancam dengan sebutan tidak jujur atau tidak mampu menepati janji.
1.    Personal
Stres bisa terjadi secara:
•    Psychological (kejiwaan) seperti cemas karena sesuatu;
•    Physical (badan) seperti kurang gizi, kerja berat, dan kecapaian,
•    Social, seperti rendahnya hubungan sosial dengan fihak lain,
•    Emotional, seperti ketakutan akan sesuatu, merasa bersalah, atau berdosa, merasa terhina, merasa ditekan,
•    Financial, seperti kekurangan uang atau materi. Kematian, baik kematian pasangan, keluarga, maupun teman
•    Kesehatan: kecelakaan, sakit, kehamilan
•    Kejahatan: penganiayaan seksual, perampokan, pencurian, pencopetan.
•    Penganiayaan diri: penyalahgunaan obat, alkoholisme, melukai diri sendiri
•    Perubahan keluarga: perpisahan, perceraian, kelahiran bayi, perkawinan.
•    Masalah seksual
•    Pertentangan pendapat: dengan pasangan, keluarga, teman, rekan kerja, pimpinan
•    Perubahan fisik: kurang tidur, jadual kerja baru.
•    Tempat baru: berlibur, pindah rumah
•    Keuangan: kekurangan uang, memiliki uang, menginvestasikan uang.
•    Perubahan lingkungan: di sekolah, di rumah, di tempat kerja, di kota, masuk penjara.
•    Peningkatan tanggung jawab: adanya tanggungan baru, pekerjaan baru.

2.    Organisasi
Dalam organisasi stres bisa terjadi akibat;
•    Beban kerja yang berat;
•    Putus hubungan dengan relasi;
•    Tujuan yang sulit dicapai atau target sasaran yang tidak tercapai;
•    Peran yang tidak jelas tugas yang sulit dipecahkan;
•    Kewenangan yang terbatas sedang tangung jawab tinggi;
•    Kondisi pekerjaan yang kurang menyenangkan;
•    Kurang rasa aman dalam bekerja;
•    Konflik peran;
•    Berbagai perubahan yang tiba-tiba dan diberhentikan dari jabatan;
•    Terlalu banyak bepergian.
•    Tuntutan tugas
•    Pengendalian terhadap pegawai, yang berhubungan dengan bagaimana para pegawai melaksanakan pekerjaannya
•    Dukungan yang didapatkan dari rekan kerja dan pimpinan
•    Hubungan dengan rekan kerja
•    Pemahaman pegawai tentang peran dan tanggung jawab
•    Seberapa jauh instansi tempat bekerja berunding dengan pegawai baru.

E.    Gejala-Gejala Stres
Stres berpengaruh terhadap diri seseorang baik dilihat dari fisik maupun psikis. Untuk dapat mengelola stres kita harus mengamati stres dari gejala-gejalanya terlebih dahulu, baik secara emosional maupun pisikal. Walaupun saat seseorang mengalami stres belum tentu manampakan gejala secara keeluruhan setidaknya kita bisa mengamati beberapa indikator yang nampak.
Gejala atau indikator stres baik secara emosional maupun fisikal akan kita amati pada tabel berikut:
Gejala Emosional/Kognitif    Gejala Fisik
•    Mudah merasa ingin marah
•    Merasa putus asa saat harus menunggu sesuatu
•    Merasa gelisah
•    Tidak dapat berkonsentrasi
•    Sulit berkonsentrasi
•    Jadi mudah bingung
•    Bermasalah dengan ingatan (mudah lupa, susah mengingat)
•    Setiap saat memikirkan hal-hal negatif
•    Berpikir negatif tentang diri sendiri
•    Mood naik turun (mood mudah berubah-ubah, misalnya merasa gembira tapi tak lama kemudian merasa bosan dan ingin marah)
•    Makan terlalu banyak
•    Makan padahal tidak lapar
•    Merasa tidak memiliki cukup energi untuk menyelesaikan sesuatu
•    Merasa tidak  mampu mengatasi masalah
•    Sulit membuat keputusan
•    Emosi suka meluap-luap (baik gembira, sedih, marah, dan sebagai- nya)
•    Biasanya merasa marah dan bosan
•    Kurang memiliki sense of humor    •    Otot-otot tegang
•    Sakit punggung bagian bawah
•    Sakit di bahu atau leher
•    Sakit dada
•    Sakit perut
•    Kram otot
•    Iritasi atau ruam kulit yang tidak dapat dijelaskan kategorinya
•    Denyut jantung cepat
•    Telapak tangan berkeringat
•    Berkeringat padahal tidak melakukan aktivitas fisik
•    Perut terasa bergejolak
•    Gangguan pencernaan dan cegukan
•    Diare
•    Tidak dapat tidur atau tidur berlebihan
•    Napas pendek
•    Menahan napas

F.    Tahapan-tahapan stress
Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. Amberg (dalam Hawari, 2001) membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :
1.    Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: 1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting); 2) Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya; 3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
2.    Stres Tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut: 1) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar; 2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang; 3) Lekas merasa capai menjelang sore hari; 4) Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort); 5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar); 6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang; 7) Tidak bisa santai.
3.    Stres Tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu: 1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan “maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare); 2) Ketegangan otot-otot semakin terasa; 3) Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat; 4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late insomnia); 5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa loyo dan serasa mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.
4.    Stres Tahap IV
Gejala stres tahap IV, akan muncul: 1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit; 2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit; 3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate); 4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari; 5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan; Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan ; 6) Daya konsentrasi daya ingat menurun; 7) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.
5.    Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan psychological exhaustion); 2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana; 3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder); 4) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.
6.    Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut: 1) Debaran jantung teramat keras; 2) Susah bernapas (sesak dan megap-megap); 3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran; 4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan; 5) Pingsan atau kolaps (collapse). Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsi) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
G.    Reaksi Adaftasi Terhadap Stres
Menurut Hans Selye (1974), ada 3 tahap reaksi adaptasi seseorang terhadap stres, yaitu:
    Tahap 1: Alarm Reaction. Gejala muncul sebagai respons permulaan terhadap adanya stres, misalnya karena harus menyusun Persiapan Mengajar Harian, seorang guru baru mendadak sakit perut/mulas-mulas.
    Tahap 2: Resistance. Seseorang yang sudah terbiasa menghadapi stres pada akhirnya akan lebih tahan (resisten) terhadap stres. Pada tahap ini, seseorang menemukan adaptasi yang baik terhadap situasi yang menimbulkan stres, sehingga alarm reaction menurun. Namun adakalanya pada tahap ini timbul diseases of adaptation, yaitu suatu keadaan dimana seolah-olah seseorang sudah beradaptasi dengan situasi yang menimbulkan stres, padahal sebenarnya adaptasinya tidak tepat sehingga timbul penyakit-penyakit seperti darah tinggi, maag, eksem, dan sebagainya.
    Tahap 3: Exhaustion. Tahap ini adalah suatu keadaan dimana seseorang benar-benar sakit, yang terjadi bila stres terus menerus dialami dan orang tersebut tidak dapat mengatasinya. Pada tahap ini gejala sudah lebih berat, misalnya seseorang menjadi benar-benar putus asa, mengalami halusinasi, delusi, dan bahkan kematian.

H.    Mengelola/menangulangi Stres 
1.    Personal (dalam kehidupan)
    Bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allahg membuat manusia lupa akan diri, apa, siapa, darimana, dan akan kemana ?. bahwa Allah telah memberikan segalanya, dari anggauta badan, keluarga, alam lingkungan, maka Allah berfirman “Maka Nikmat Apalagi Yang Akan Engkau Dustakan”. Sekecil apapun nikmat yang Allah berikan maka Syukurilah, (QS: Ibrahim:7) berbunyi (    ) Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan “Ingatlah jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.

    Sadar akan keterbatasan
Besar dan tingi keingina manusia tetap yang menetukan itu adalah Allah yang maha kuasa. Manusia diciptakan dengan kekurangan dan kelebihannya, karena hanyalah Allah yang maha sempurna.
    Bil hikmah
Segala yang terjadi manis dan pahit dibaliknya senantiasa ada hikmah yang mengikutinya. Maka patutlah manusia mengambil pelajaran atas segala yang telah terjadi. Senantiasalah bersabar dab berserah diri dan bersabar karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar. Semua yang terjadi alah atas ketentuan yang maha kuasa. Pandanglah setiap kejadian dari segala sisi tidak berlebihan dalam memandang suatu hal, karena Allah tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan.
    Meminimalisir terjadinya konflik
Pandanglah suatu dari sisi positif dan berbaik sangka makan akan meminimalisir terjadinya konflik. Bekerja sesuai denga tupoksinya dan tidak melihat dari apa yang dilakukan orang lain untuk kita tetapi dari apa yang dilakukan kita untuk orang lain,
    Introsfeksi
Saat terjadisesuatu yang buruk terhadap kita, jangan menyalahkan orang lain tetapi lihat kedalam diri kita apa dan bagaimana apa yang etalh dilakukan sehingga terjadi hal yang tidak diharapkan. Karena manusia akan menuai apa yang dia tanam.

2. Dalam organisasi
Pertama, cara ini merupakan cara yang spontan dan tidak disadari, dimana pengelolaan stres berpusat pada emosi yang dirasakan. Dalam istilah psikologi diklasifikasikan sebagai defense mechanism. Beberapa perilaku yang tergolong kedalam kelompok ini adalah:
Acting out, yaitu menampilkan tindakan yang justru tidak mengatasi masalah. Perilaku ini lebih sering terjadi pada orang yang kurang mampu mengendalikan/menguasai diri, misalnya merusak barang-barang di sekitarnya.
1.     Denial, yaitu menolak mengakui keadaan yang sebenarnya. Hal ini bisa bermakna positif, bisa pula bermakna negatif. Sebagai contoh, seseorang guru menyadari bahwa dirinya memiliki kelemahan dalam berbahasa Inggris, namun ia terus berupaya untuk mempelajarinya; bisa bermakna positif bila dengan usahanya tersebut terjadi peningkatan kemampuan; bermakna negatif bila kemampuannya tidak meningkat karena memang potensinya sangat terbatas, namun ia tetap berusaha sampai mengabaikan pengembangan potensi lain yang ada dalam dirinya.
2.     Displacement, yaitu memindahkan/melampiaskan perasaan/emosi tertentu pada pihak/objek lain yang benar-benar tidak ada hubungannya namun dianggap lebih aman. Contohnya: Seorang guru merasa malu karena ditegur oleh Kepala Sekolah di depan guru-guru lain, maka ia melampiaskan perasaan kesalnya dengan cara memarahi murid-murid di kelas.
3.     Rasionalisasi, yaitu membuat alasan-alasan logis atas perilaku buruk. Contohnya: Seorang Kepala Sekolah yang tidak menegur guru yang membolos selama 3 hari mengatakan bahwa ia tidak menegur guru tersebut karena pada saat itu ia sedang mengikuti pelatihan untuk kepala sekolah di ibukota provinsi.
Kedua, cara yang disadari, yang disebut sebagai direct coping, yaitu seseorang secara sadar melakukan upaya untuk mengatasi stres. Jadi pengelolaan stres dipusatkan pada masalah yang menimbulkan stres. Ada dua strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres, yaitu:
1.     Meningkatkan toleransi terhadap stres, dengan cara meningkatkan keterampilan/kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya, Secara psikis: menyadarkan diri sendiri bahwa stres memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda. Secara fisik: mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di televisi, berolahraga secara teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan sebagainya.
2.    Mengenal dan mengubah sumber stres, yang dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan, yaitu:  (a) bersikap asertif, yaitu berusaha mengetahui, menganalisis, dan mengubah sumber stres. Misalnya: bila ditegur pimpinan, maka respon yang ditampilkan bukan marah, melainkan menganalisis mengapa sampai ditegur; (b)  menarik diri/menghindar dari sumber stres. Tindakan ini biasanya dilakukan bila sumber stres tidak dapat diatasi dengan baik. Namun cara ini sebaiknya tidak dipilih karena akan menghambat pengembangan diri. Kalaupun dipilih, lebih bersifat sementara, sebagai masa penangguhan sebelum mengambil keputusan pemecahan masalah; dan (c) kompromi, yang bisa dilakukan dengan konformitas (mengikuti tuntutan sumber stres, pasrah) atau negosiasi (sampai batas tertentu menurunkan intensitas sumber stres dan meningkatkan toleransi terhadap stres)
3.    Stres di Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan rumah kedua baik bagi siswa maupun guru atau tenaga kependidikan lainnya. Sepintas sepertinya kita bisa menyaksikan siswa yang bermain dengan riang atau belajar dengan tekus. Siklus atau rutinitas kehidupan sekolah yang cendrung stagnan dan monoton juga kondisi tertentu seperti ujian nasional, ujian sekolah ujian praktek dan lain-lain menjadikan intensitas stres yang tinggi.
Stres yang dialami di sekolah terjadi pada berbagai sektor antara lain:
1.    Pada siswa
Banyak pendapat bahwa stres pada siswa tidak setinggi pada orang dewasa. Namun hal itu ternyata salah bersar. Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 1950 stres pada usia anak sama besarnya dengan stres yang dialami pada orang yang berusia 25 tahun.


Gejala stres pada anak seringkali dapat dilihat indikasinya antara lain
•    jerawat, problem pencernaan,
•    insomnia,
•    kelelahan,
•    sakit kepala,
•    masalah sewaktu buang air,
•    maupun reaksi psikosomatik lainnya mungkin merupakan tanda-tanda bahwa ada tekanan pada diri anak.

Faktor-faktor pemicu stres pada siswa antara lain adalah
    Tekanan Orang Tua
Orang tua ingin yang terbaik dengan masa depan anaknya. Untuk mencapai nilai terbaik, maka orang tua membebani anak-anaknya dengan berbagai kursus pelajaran yang dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kesehatan anak, istirahatnya, dan perkembangannya.

Banyak orang tua tidak menyadari bahwa membantu si anak merasa relaks justru akan menyegarkan pikiran dan membantunya belajar dengan lebih baik. Sebaliknya para orang tua terus membebani anak-anak mereka untuk mendapatkan prestasi terbaik dan lulus ujian dengan memuaskan.
    Tekanan Guru
Sama seperti orang tua, banyak guru ingin siswanya mendapat nilai terbaik. Guru selalu mendorong muridnya untuk unggul dalam pelajaran, terutama jika muridnya cukup berprestasi.
Mengapa guru juga ikut menekan murid-muridnya mendapat nilai terbaik? Karena reputasi guru dan sekolah dipertaruhkan saat ujian sekolah khususnya Ujian Nasional.



    Tekanan dari Sesama Siswa
Semangat kompetisi akan semakin memanas menjelang ujian sekolah. Setiap siswa berlomba-lomba untuk menunjukkan prestasi terbaik. Bahkan segala cara dilakukan untuk meraih nilai tertinggi termasuk menyontek maupun mencari bocoran soal.
    Tekanan dari Diri Sendiri
Siswa berprestasi cenderung menjadi perfeksionis. Sehingga jika suatu kemunduran atau kegagalan terjadi, entah itu nyata atau masih belum terjadi, dapat membuat stres dan depresi.
4.    Pada Guru
Beban dan tekanan yang dialami seorang guru dalam melaksanakan tugas dan menjalani kehidupan yang stagnan, beban hidup yang semakin tinggi tuntutan hidup yang makin meningkat menjadikan tekanan yang sangat luar biasa sehingga tidak jarang siswa menjadi sasaran melampiaskan segalanya.
Keinginan siswanya mencapai nilai yang bagus, mengimbangi beban tugas yang bebankan, menghadapi kebijakan pimpinan yang acapkali tidak selaras dengan keinginan atau idealnya. Menghadapi ujian dimana kehawatiran ketidaklulusan siswa, dan banyak lagi berbagai beban dan tugas yang terkadan menjadi tekanan yang amat hebat dan guru menjadi stres yang pada akhirnya meningalkan tugasnya.
5.    Stres dan Kepala Sekolah
Kepala sekolah selaku pimpinan fungsional juga dapat terkena stres adapun indikasi stres bagi kepala sekolah antara lain:
o    Adanya konflik baik internal maupun eksternal
o    Merasa perannya sangan menjadi beban dan merasa tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik.
o    Beban karena merupakan pembuat keputusan.
o    Beban kerja dan moral
o    Beban kehidupan dalam rumah tangga
o    Kompetensi Vs tuntutan pekerjaan

I.    Cara Menghadapi Stres di Sekolah
Stres merupaka beban dan tekanan yang sangat berat dan perlu penyelesaian dengan segera. Stres ibarat sebuah penyakit, membutuhkan segera pengobatan dan pemulihan sehingga tidak menghambat kinerja dan inovasi guru dalam menjalankan tugas dan amanah sebagai Warosatul Ambiya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola setres disekolah adalah:
    Kenali penyebabnya
     Jika Anda mulai stres di sekolah, misalnya saat menghadapi ujian sekolah, cobalah mencari tahu penyebab stres tersebut. Apakah disebabkan karena tekanan dari diri sendiri, dari orang tua, dari guru, atau dari sesama siswa? Cari penyebab stres yang paling menyebabkan beban tertinggi.
     Jangan membawa permasalahan yang terjadi di rumah ke sekolah dan atau sebaliknya;
     Jika terjadi ketidak sesuaian baik dengan atasan maupun dengan rekan kerja, bicarakanlah jika permasalahannya berat lakukan mediasi dengan orang yang kompeten atau orang terdekat yang dapat membantu menyelesaikan permasalaha.
     Jangan jadikan tugas sebagai beban bahkan kewajiban tetapi sutu kebutuhan dan ladang amal yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat dengan jembatan amanah empat dansimpati.
    Rencanakan tanggapan
     Lulus ujian dengan nilai terbaik memang impian setiap siswa. Namun jika itu tidak tercapai, maka apa yang harus Anda lakukan? Apakah penurunan prestasi atau kegagalan menjadi akhir segala-galanya? Tentu tidak.
     Buat jurnal dengan baik
     Berbuat yang terbaik tetapi tidak harus mendapatkan yang terbaik
     Jika sejak awal Anda sudah mempersiapkan tanggapan yang akan Anda berikan jika terjadi kegagalan, beban Anda akan semakin berkurang. Anda sudah siap jika terjadi kegagalan. Misalnya Anda sudah mempersiapkan jawaban kepada orang tua Anda atau guru Anda jika kegagalan Anda dipermasalahkan.

    Segera selesaikan pekerjaan dan masalah
     Masalah tidak akan hilang dengan sendirinya. Bahkan suatu masalah akan bertambah parah jika sedang stres. Cobalah segera selesaikan masalah sejak awal. Misalnya jika Anda mengalami kesulitan belajar, coba untuk berlatih jauh-jauh hari sebelum masa ujian sekolah. Hal ini akan membantu mempersiapkan diri Anda.
     Membuat administrasi pembelajaran dengan rinci dan jelas dan menjalankan dengan benar.
    Bantuan orang lain
Jika beban bertambah berat dan Anda tidak sanggup menghadapinya, jangan pikul sendirian. Coba berbagi dan berkomunikasi dengan orang lain khususnya orang tua, orang yang terdekat yang dapat membantu menyelesaikan masalah. Diskusikan dengan mereka cara mengatasinya. Ini merupakan cara terbaik untuk mengelola stres saat situasi sudah begitu berat.
    Manajemen waktu
Manajlah waktu sefektif mungkin jangan menunda suatu pekerjaan karena akan menyebabkan pekerjaan semakin menumpuk dan akan menghabiskan waktu yang sangat banyak dalam menyelesaikannya.
    Manajemen kebutuhan pribadi
Manajemen pribadi adalah manajemen qolbu sederhanakan permasalahan yang kita hadapi tapi bukan menyepelekannya.
    Olah raga
Berolahraga walaupun sejenak akan membuat aliran darah yang terhambat yang diakibatkan oleh stres atau tekanan yang mengakibatkan peredaran darah tidak lancar.
    Beban pekerjaan dan beban fikiran akan menguras energi tubuh kita. Oleh karena itu tubuha membutuhkan Gizi yang seimbang.. Bila tidak diimbagi oleh gizi yang baik maka kondisi tubuh akan menjadi lemah dan akan membuat rentan terhadap berbagi penyakit.
    Berfikir positif
Ketika kita membawa kita pada syakwa sangka yang negatif maka kita akan merasa dan berada pada situasi terancam, dan itu akan membebankan fikiran. Dan menjadikan kita stres. Maka ketika kita berfikir positff maka kita akan merasa relaks dan aman yang akan melahirkan perasaan yang tenang.
    Mengembangkan hubungan antar pribadiarnya hubungan antar pribadi maka permasalahan aka cepat terselesaikan dan akan merasa lebih akrab sehingga tidak ada kecanggungan tapi tanpa melanggar batas-batas atau orma-norma/aturan-aturan secara struktural.
    Meditasi (berdo’a)
Meditasi adalah mengosongkan fikiran melupakan sejenak beban-beban pekerjaan yang mnghimpit dan membuat stres
Bagi kaum muslimin sholat adalah jalan terbaik dalam mengosongkan dan menghilangkan/meringankan beban fikiran karena dengan solat kita menyerahkan sepenuhnya bahwa keputusan yang terbaik adalah berada di tangan yang maha kuasa, sseraya kita mengadukan keluhan dan beban yang menghimpit batin dan jiwa kita tanpa akan dihianati. Karena tuhan adalah sebenar-benarnya dan sejat-nya sahabat.























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bersabar dan berserah diri adalah keputusan yang tertinggi yang bisa dilakukan seorang manusia. Segala yang terjadi pada manusia, manis dan pahit, dibaliknya senantiasa ada hikmah yang mengikutinya. Maka patutlah manusia mengambil pelajaran atas segala yang telah terjadi. Senantiasalah bersabar dan berserah diri karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar. Semua yang terjadi adalah atas ketentuan yang maha kuasa. Pandanglah setiap kejadian dengan tidak berlebihan, karena Allah tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan.
Jika terjadi tekanan atau beban yang berat maka berserah dirila kepada Allah karena Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi kapasitas yang kita miliki.
Manajeman stres adalah manajemen kogntif (fikir/akal), qulbu (iman) hasil dari tata nilai ilmu.

    “manajemen qulbu”/ Iman
Kepasrahan atas segala hasil usaha yan maksimal kepada dzat yang “maha mengqobul-kan” segala usaha. Keyakinan atas segala ketentuan Allah Aza Wajalla, atas segala kerahman-rakhimanNya, bahwasannya Allah menetukan dan memberikan yang terbaik, bahwasannya Allah akan memberikan sesuatu sesuai yang disangkakan mahluknya, maka berhusnudzonlah kepadaNya.
Sebagaimana yang tersurat dalam Alqur’an;
QS 3: 2
“dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rijki buah-buahan dalam syurga-syurga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk meraka di dalmnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.
    Kogntif (akal/fikir)
Manusia diwajibkan “membaca” dengan akalnya yang dianugrahkan Allah kepada kita umat manusia. Membaca dalam artian menyimak dan merenungkan alam sekitar, membaca setiap kejadian, merenungkan setiap apa yang telah kita perbuat, benarkah?, Salahkah?, Apakah menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain?, apakah merugikan orang lain? Serangkaian pemikiran yang akan membawa kita kepada maaf dan memaafka, dengan konsep yang sering kita sebut sebagai “Evadir”Nya antara lain;
1.    QS 2:255
“Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagit teurus menerus mengurus (mahluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kemampuan-Nya apa yang dilangit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at disisi Allah tanpa ijin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan dibelakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.
2.    QS 55:1-4
“(Tuhan) yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al-Quraan. Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara”.


3.    QS 91:1-7
“Demi matahari dan cahayanya dipagi hari, dan bula apabila mengiringnya, dan siang apabila menampakannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),”
4.    QS 92: 18-21
“Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu ni’mat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (Dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.”
B.    Peringata Allah bagi orang yang tidak ma efikir dan Bersyukur
Peringatan Allah bagi bagi orang yang tak mau berfikir dan tidak mau bersyukyukur atas segala yang diberikan Allah sehingga mengalami rasa kekurangan sehinga terjebak dalam dunia yang dibangunnya sendiri yakni yang dinamakan Stres. 
Allah telah meberikan dengan jelas dan lugas dalam firman-firmanNya antara lain;
1.    QS 2: 7
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat”.
2.    QS 4: 105, 131, dan 134
Ayat 105 “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan aa yang Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat”,
Ayat 131 “ Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerinthkan kepada orang-orang yang diberi  kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetap jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
Ayat 134 “Barang siapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
3.    QS 6: 39 dan 46
Ayat 39 “Dan orang-orang yang mendustaka ayat-ayat kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita barang siapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya dia menjadikan nya berada di atas jalan yang lurus”.
Ayat 46 “ katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran daan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu? “perhatikanlah, bagaimana kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga)”.
4.    QS 90: 5
“Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya?
    Dalam QS 55 terdapat sebanyak 31 kali pengulangan peringatan yang berbunyi “ Maka Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

C.    Solusi stres Berdasarkan Kalam Ilahi
Allah pun memberikan keterangan sebagai penghiburan dan solusi atas segala yang dialami dan kejadian terburuk (menurut pandangan manusia), antara lain:
1.    QS 2: 62, 72, 212
Ayat 62 : “Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang yahudi, orang-orang nasrani dan orang-orang shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah hari kemudian daan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari tuhan mereka tida ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
Ayat 72 :”Dan “(Ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan”.
Ayat 212: “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia dari pada mereka dihari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas”.
2.    QS 90: 4, 18
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
“.............mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan”.
    Demikianlah ayat-ayat Allah membimbing dan memberi rambu-rambu kepada langkah-langkah umat manusia dalam menjalankan kewajibannya sebagai khalifah di muka bumi. Allah tiada memberikan beban melainkan sesuai takaran kemampuan setiap manusia. Dibalik kesukaran yang dialami ada hikmah indah yang menanti. Dan apabila kita menjalankan cobaan dan ujian dari Allah maka Allah menjajnjikan pahala yang setimpal. Amin.
   

Minggu, 05 Februari 2012

IMPLEMENTASI PENDELEGASIAN WEWENANG PADA MANAJEMEN ORGANISASI DAN PERSONIL DI SEKOLAH

Pengantar

Segala puji kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, shalawat beserta salam semoga tercurah kehadapan Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini merupakan tugas yang diberikan pada mata kuliah Manajemen Organisasi, Personil Pendidikan pada program Pasca Sarjana UNINUS Bandung.
Makalah ini berisikan kajian teoritis tentang pendelegasian wewenang pada manajemen organisasi dan personil serta implementasi dan kendalanya di sekolah, sehingga diharapkan kita mampu membaca terutama kekurangan yang ada dalam lingkungan pendidikan (sekolah) sebagai langkah introspeksi, yang pada gilirannya dapat menjadikan bahan renungan demi perbaikan manajemen, terutama berkaitan dengan organisasi dan personil sekolah.
Semoga uraian singkat dalam makalah ini dapat memberikan manfaat terutama bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya, serta dapat menjadikan sumbangan pemikiran bagi perbaikan dan tertingkatnya mutu pendidikan di Indonesia.

Bandung, Nopember 2010
   
      Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar         i
Daftar Isi         ii
BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang         1
B.    Perumusan Masalah         1
C.    Tujuan .        2
BAB II. KAJIAN TEORITIS
A.    Pengertian Manajemen Organisasi         3
B.    Bentuk Organisasi         4
C.    Prinsip Organisasi         5

BAB. III. IMPLEMENTASI MANAJEMEN ORGANISASI DI SEKOLAH
A.    Landasan  Hukum         7
B.    Contoh Struktur Organisasi         9
C.    Penilaian terhadap Implementasi Manajemen Organisasi di Sekolah         14
D.    Pendelegasian Wewenang Menurut Al-Qur’an         15

BAB.IV KESIMPULAN DAN SARAN         17

DAFTAR PUSTAKA         19




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan sesuai  memeliki peran dan fungsi yang strategis dalam membentuk sumber daya manusia sesuai dengan harapan.
Pengelolaan sekolah merupakan hal sangat penting, yang turut menentukan mutu dari sekolah tersebut. Seperti yang sudah diketahui ruang lingkup manajemen sekolah meliputi : Manajemen Kurukulum dan Pengajaran, Manajemen Organisasai (Ketenagaan), Manajemen Kesiswaan, Manajemen Keuangan dan Pembiayaan, Manajemen Sarana Prasarana, Manajemen Hubungan dengan Masyarakat dan Manajemen Layanan Khusus.
Manajemen Organisasi Ketenagaan merupakan komponen dalam ruang lingkup manajemen sekolah yang sangat dominan dalam penentu keberhasilan seluruh penegelolaan sekolah, hal ini sangat mudah untuk diterima dan dipahami kaharenakan Manajemen Organisasi Ketanagaan di dalam nya terlibat Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang merupakan aktor langsung atau bersentuhan, yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Kemudian dalam pendelegasian wewenang keberfungsiannya harus berjalan dengan baik.
Lembaga pendidikan (sekolah) sebagai sebuah organisasi tentu saja dituntut untuk dapat menjalankan manajemen organisasi termasuk manajemen personil di dalamnya sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

B.    Perumusan Masalah
Seperti yang telah diketahui bahwa manajemen persekolahan memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu sekolah. Manajemen persekolahan sendiri memiliki ruang lingkup yang sangat luas diantaranya : Manajemen Kurikulum, Manajemen Organisasi / personil / tenaga pendidik dan kependidikan, manajemen pembiayaan, manajemen kesiswaan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen hubungan dengan liingkungan masyarakat serta manajemen penanganan khusus.
Manajemen organisasi / personil /tenaga pendidik dan kependidikan merupakan manajemen sentral diantara sekian banyak manajemen persekolahan.
Dalam makalah ini penulis mencoba mengungkapkan bagaimana realita  implementasi pendelegasian wewenang dalam manajemen organisasi diterapkan di sekolah secara umum.

C.    Tujuan
Melalui makalah ini penulis mencoba mengungkap beberapa  hal terkait dengan manajemen organisasi dan personil sebagai berikut :
1.    Apa pengertian dari manajemen organisasi dan personil ?
2.    Bagaimana prinsip-prinsip organisasi dan manajemen personil tersebut?
3.    Apakah prinsip-prinsip tersebut sudah diterapkan dalam Manajemen Sekolah?
4.    Seperti apa pendelegasian wewenang menurut Al-Qur’an?

BAB II
KAJIAN TEORITIS TENTANG MANAJEMEN ORGANISASI

A.    Pengertian Manajemen Organisasi
Sebelum kita membahas pengertian manajemen organisasi ada baiknya kita mengingat kembali pengertian manajemen secara umum, dikarenakan pengertian manajemen secara umum akan dipergunakan menjadi landasan bagi pelaksanaan manajemen organisasi dan personil.
Banyak pengertian manajemen yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya :
Menurut George R. Terry dalam Siagian (1983:105), manajemen merupakan serangkaian fungsi-fungsi kegiatan yang meliputi :
a.    Planning (Perencanaan)
b.    Organizing (Pengorganisasian)
c.    Actuating (Pergerakan)
d.    Controlling (Pengawasan)

Sedangkan menurut Fayol  (Siagian ,1983:103), fungsi-fungsi manajemen meliputi :
a.    Planning
b.    Organizing
c.    Commanding
d.    Coordinating
e.    Controling

Sedangkan pengertian organisasi Menurut D. Mooney (Manullang,1996:51) mengatakan, ‘organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama”, sedangkan menurut Cester I. Bernand (Manullang, 1996:51) organisasi merupakan suatu system dari aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Menurut Makmun (Permadi dan Arifin, 2007 : 1-2 ) “administrasi / manajemen pendidikan adalah segenap tindakan pengaturan atau penataan sumber daya (Man, money,materials,machines, and methods) untuk mencapai suatu usaha (pendidikan) yang diharapkan (efficiency, productive, effectivy, relevancy, accountability, etc)

B.    Bentuk Organisasi
Bentuk Organisasi menurut Manullang (1996:52) dapat dibedakan sebagai berikut :
a.    Bentuk organisasi garis
b.    Bentuk Organisasi fungsional
c.    Bentuk Organisasi garis dan staf
d.    Bentuk Organisasi fungsional dan Staf
e.    Bentuk Organisasi gabungan.

Bentuk organisasi garis memiliki ciri : organisasi masih kecil, jumlah karyawan sedikit dan saling kenal, spesialisasi kerja belum tinggi.
Bentuk Organisasi Fungsional memiliki ciri : pemimpin tidak memiliki bawahan yang jelas juga sebaliknya, pemimpin dapat memberikan perintah ke bawahan manapun selama memiliki hubungan fungsi kerja.
Bentuk Organisasi garis dan Staf merupakan pengembangan dari bentuk organisasi garis dengan dukungan staf untuk keperluan tertentu.
Bentuk organisasi Fungsional dan Staf mrupakan pengembangan dari bentuk fungsional dengan dukungan staf.
Bentuk Organisasi gabungan merupakan gabungan dari garis dan fungsional dengan dukungan staf.

Bentuk organisasi menurut Siagian (1983:122) dapat dibedakan sebagai berikut :
a.    Organisasi Lini (Line Organization)
b.    Organisasi Lini dan Staf (Line and Staff Organization)
c.    Organisasi Fungsional (Functional Organization)
d.    Organisasi Tipe Panitia (Committee Type of Organization)
Bentuk organisasi garis, garis dan staf serta fungsional sejalan dengan pengertian yang diutarakan pada bagian terdahulu.
Bentuk organisasi tipe panitia / komite merupakan bentuk organisasi dengan pemimpin bersama, keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama.

C.    Prinsip Organisasi
Agar sebuah organisasi dapat berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan yang diharapkan, maka harus ditaati kaidah-kaidah / prinsip yang berlaku dalam sebuah organisasi yakni :
a.    Perumusan tujuan dengan jelas
•    Pedoman kearah mana organisasi itu akan di bawa
•    Landasan bagi organisasi yang bersangkutan
•    Menentukan jenis aktivitas yang akan dilakukan
•    Menentukan program, prosedur, KISS ME (Koordinasi, integrasi, Simplikasi, Sinkronisasi dan Mekanisasi)

b.    Pembagian Kerja atas dasar :
•    wilayah
•    benda / jasa yang dibuat
•    langganan yang dilayani
•    Fungsi kerja
•    Waktu

c.    Delegasi
Pengertian Delegasi menurut Manullang (1996:84) adalah “kegiatan seorang manajer untuk menugaskan bawahannya untuk mengerjakan bagian daripada tugas manajer yang bersangkutan dan pada waktu yang bersamaan memberikan kekuasaan kepada bawahan tersebut sehingga bawahan itu dapat melaksanakan tugas-tugas itu sebagik-baiknya atau dapat mempertanggungjawabkan hal-hal itu yang didelegasikan kepadanya. (responsibility, authority, accountability)
Delegasi yang efektif :
1.    Unsur delegasi harus lengkap dan jelas
2.    Mendelegasikan kepada orang yang tepat
3.    Memberikan peralatan yang cukup dan mengusahakan keadaan sekitar yang efesien.

BAB III
 IMPLEMENTASI MANAJEMEN ORGANISASI DI SEKOLAH
A.    Landasan Hukum
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh satuan Pendidikan dasar dan menengah bagian  B.2 . mengenai struktur organisasi sekolah/madrasah menyebutkan bahwa :
a)    Struktur organisasi sekolah/madrasah berisi tentang sistem penyelenggaraan dan administrasi yang diuraikan secara jelas dan transparan.
b)    Semua pimpinan, pendidik, dan tenaga kependidikan mempunyai uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas tentang keseluruhan penyelenggaraan dan administrasi sekolah/madrasah.
c)    Pedoman yang mengatur tentang struktur organisasi sekolah/madrasah:
1) memasukkan unsur staf administrasi dengan wewenang dan tanggungjawab yang jelas untuk menyelenggarakan administrasi secara optimal;
2) dievaluasi secara berkala untuk melihat efektifitas mekanisme kerja pengelolaan sekolah;
3) diputuskan oleh kepala sekolah/madrasah dengan mempertimbangkan pendapat dari komite sekolah/madrasah.

Lampiran  Permendiknas No. 19 Tahun 2007 Pada bagian b.6 Tentang Tenaga Pendidik dan Kependidikan :
Sekolah/Madrasah mendayagunakan:
1) kepala sekolah/madrasah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pimpinan pengelolaan sekolah/madrasah;
2) wakil kepala SMP/MTs melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah/madrasah;
3) wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang kurikulum melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah/madrasah dalam mengelola bidang kurikulum;
4) wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang sarana prasarana melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah/madrasah dalam mengelola sarana prasarana;
5) wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang kesiswaan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah/madrasah dalam mengelola peserta didik;
6) wakil kepala SMK bidang hubungan industri melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah/madrasah dalam mengelola kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri;
7) guru melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai agen pembelajaran yang memotivasi, memfasilitasi, mendidik, membimbing, dan melatih peserta didik sehingga menjadi manusia berkualitas dan mampu mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya secara optimum;
8) konselor melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik;
9) pelatih/instruktur melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya memberikan pelatihan teknis kepada peserta didik pada kegiatan pelatihan;
10) tenaga perpustakaan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya melaksanakan pengelolaan sumber belajar di perpustakaan;
11) tenaga laboratorium melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya membantu guru mengelola kegiatan praktikum di laboratorium;
12) teknisi sumber belajar melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya mempersiapkan, merawat, memperbaiki sarana dan prasarana pembelajaran;
13) tenaga administrasi melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam menyelenggarakan pelayanan administratif;
14) tenaga kebersihan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan layanan kebersihan lingkungan
B.    Contoh Struktur Organisasi Sekolah
Berikut adalah contoh dari sturktur organnisasi SMAN 99 Jakarta.














Sumber : http://www.sman99-jkt.sch.id/
Berikut adalah contoh dari rincian tugas personil  SMP – Plus Mathla’ul Anwar Cibuah:
a. Kepala Sekolah
1.     Kepala Sekolah bertugas memipin dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Serta bersama-sama dengan wakil kepala sekolah menyusun rencana pengembangan sekolah, Program kerja sekolah, RAPBS selama kurun waktu tertentu.
2.     Kepala Sekolah sebagai administrator dalam pelaksanaan tugasnya bersama-sama dengan Tata Usaha bertanggung jawab atas p[enyelenggaraan pengeloilaan administrasi sekolah secara terorganisasi dan terkoordinasi.
3.     Kepala Sekolah sebagai supersvisor dalam pelaksanaan tugasnya bekerjama sama dengan pengawasa Pembina menyelenggarakan supervise terhadap kegiatan proses pembelajaran, kesiswaan, sarana prasarana, ketatausahaan, BP/BK dan bidang lain-lain yang berkenan dengan penyelenggaraan pendidikan.
b. Wakil Kepala Sekolah
1.     Atas limpahan wewenang fungsai dan tugas pokok kepala sekolah, wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam penyelenggaran pendidikan di sekolah dalam bidang umum dan organisasi, ketatausahaan, kesiswaan, sarana prasarana, kurikulum dan hubungan masyarakat.
2.     Atas pendelegasian werwenag kepala sekolah, wakil sekolah, wakil kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan pendidikan di sekolah apabila kepala sekolah berhalangan hadir.
c. Kepala Urusan Tata Usaha
Bertanggungjawab terutama dalam bidang administrasi :
1. Kesiswaan
2. Kurikulum
3. Hubungan masyarakat
4. Kepegawaian
5. Keuangan
6. Perlengkapan (sarana Pendidikan)
7. Tata Laksana Kantor
d. Pembantu Kepala Sekolah (PKS) Urusan Kesiswaan
Bertanggungjawaba dalam bidang :
1. Penyusunan program pembinaan kesiswaan
2. Penerimaan siswa baru
3. Penyelenggaraan kegiatan masa bimbingan siswa baru kelas I
4. Pengelolaan pelaksanaan MPMBS
5. Berkoordinasi dengan Pembina OSIS, pramuka, PMR, dan Pembina kesiswaan lainnya dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakulikuler.
6. Penerapan buku pedoman tatakrama dan tata tertib siswa
7. Berkoordinasi dengan Humas dalam pengelolaan bea siswa
8. Pengelolaan pelaksanaan 6K
9. Mutasi siswa
10. Pembagian Kelas
11. Pengelolaan OSIS
12. Pembentukan pengurus baru OSIS
13. Absensi siswa
14. Pelaksanaan upacara nasional dan agama
15. Kegiatan BAPOPSI Kabupaten

e. Pemabntu Kepala Sekolah (PKS) Urusan Kurikulum
1. Penyusunan program pengajaran
2. Penyusunan pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran
3. Penyusunan jadwal evaluasi belajar dan pelaksanaan ULUM/UAS
4. Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan program pembelajaran
5. Penyusunan jadwal piket KBM
6. Penyusunan / membuat format :
- Prota - Silabus
- Promes - BANK Soal
- Kumpulan Soal - RPP

f. Pembantu Kepala Sekolah (PKS) Urusan Sarana Prasarana
Bertanggungjawab terutama dalam bidang :
1. Penyusunan perencanaan kebutuhan sarana-prasarana
2. Memgkoordinasikan pendayagunaan sarana prasarana
3. Inventarisasi sarana prasarana
4. Pengelolaan pembiayaan alat-alat pengajaran
5. Penyusunan laporan pelaksanaan urusn sarana prasarana secara berkala
6. rehabilitasi gedung
7. Rehab dan pengadaan alat-alat
8. Peningkatan daya guna halaman
9. Penghijauan
g. Pembantu Kepala Sekolah (PKS) urusan Hubungan Masyarakat
Bertanggungjawab terutama dalam bidang :
1. Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengn orang tua/wali siswa
2. Membina hubungan antara sekolah dengan komite sekolah.
3. Membina hubungan antara sekolah dengan lembaga pemerintah, dunia usaha dan lembaga social lainnya.
4. Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala.
5. Pengelolaan kesejahteraan personil.

h. Pembantu Kepala Sekolah (PKS) Urusan Bimbingan dan Konseling
1. Menyusun bimbingan dan melaksanakan bimbingan
2. Mengadaan koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh siswa diantaranya kesulitan belajar.
3. Memberikan layanan BK kepada siswa agar siswa lebih berprestasi dalam kegiatan belajar.
4. Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai.
5. Menyusun laporan pelaksanaan BK.

i. Wali Kelas
1. Pengelolaan Kelas
2. Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi :
• Denah tempat duduk siswa
• Papan absensi siswa
• Daftar pelajaran kelas
• Daftar piket kelas
• Buku absensi siswa
• Buku kegiatan belajar mengajar
3. Tata tertib siswa
• Penyusunan / pembuatan statistic bulanan siswa
• Pembuatan catatan khusus siswa
• Pencatatan mutasi siswa
• Pengisian raport
• Pembagian buku laporan pendidikan

j. Guru Piket
Dalam melaksanalamn tugasnya piket bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Memahami segala peristiwa KBM selama piket
2. Memberikan piket siswa yang bertugas membersihkan kelasnya
3. Mengatur guru cadangan untuk mengisi jam yang kosong jika guru yang berhalangan hadir
4. Meneliti daftar hadir guru dan pegawai agar diparaf oleh yang bersangkutan
5. Membubuhkan keterangan pada daftar hadir apabila yang bersangkutan tidak hadir

k. Guru Mata Pelajaran
Guru mata pelajaran bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan sebagai berikut:
1. Melakukan persiapan mengajar
2. Menyusunan analisis materi pelajaran7
3. Menyusunan program tahunan/semester
4. Menyusunan program satuan pelajaran
5. Melaksanakan rencana pengajaran
6. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar7
7. Melaksanakan kegiatan evaluasi
8. Melakukan kegiatan remedial
9. Mengadakan pengayaan materi pelajaran

C.    Penilaian terhadap Implementasi Manajemen Organisasi di Sekolah.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang senantiasa selalu bergerak maju seyogyanya kita melakukan kajian introspeksi serta koreksi terhadap kekurangan yang ada dalam kelembagaan, kajian tersebut seyogyanya meliputi : pendekatan legal yakni kesesuaian dengan tata aturan yang berlaku, pendekatan akademik yakni berkesesuaian dengan teori-teori yang ada.
Dari pembahasan di atas dapatlah kiranya disusun sebuah panduan untuk melakukan penilaian terhadap organisasi di sekolah Sebagai berikut:
Pendekatan Legal :
•    Adanya struktur sesuai dengan ketentuan
•    Adanya kejelasan tugas,  wewenang, dan tanggung jawab
•    Di evaluasi secara berkala untuk melihat efektifitas kerja organisasi
Pendekatan Teoritik / Akademik :
•    Terlaksananya fungsi Manajemen (POAC)
•    Menerapkan prinsip Manajemen Organisasi : adanya tujuan yang jelas, pembagian kerja / departementasi yang rinci serta delegasi yang meliputi tugas wewenang dan tanggung jawab.

D. Pendelegasian wewenang menurut Al-Qur’an
    Dalam sebuah manajemen organisasi pasti ada pendelegasian wewenang, dan itu terjadi pula dalam organisasi di sekolah. Pendelegasian wewenang merupakan hal yang biasa, alasannya yang mendasar adalah untuk mengefektifkan dalam melaksanakan program yang telah dilaksanakan. Seperti dipaparkan di atas bahwa kepala sekolah mendelegasi wewenangnya kepada guru, yaitu dengan memberi tugas tambahan, seperti pembantu kepala sekolah bidang kurikulum, kesiswaan ataupun guru piket.
    Dalam Al Qur’an, bahwa pendelagasian itu bagus, tetapi harus disesuaikan dengan fungsi dan keahliannya seperti terlihat dalam Surat 6 (Al-An’aam) : 135

“ Katakanlah ! “ Hai kaumku, beramallah sepenuh kemampuanmu dalam bidangmu masing-masing, akupun beramal pula dalam bidangku. Kelak kamu akan mengetahui, siapakah diantara kita yang akan memperoleh hasil baik di akhirat dari amal kita itu”. Sungguh orang-orang zalim tidak akan mendapat kemenangan.

     Kemudian dalam pendelegasian ada manfaat yang dapat diambil yaitu, menyelesaikan masalah secara bersama-sama, dari berbagai aspek atau bidang, tetapi tetap kita harus berpedoman pada Al-Qur’an, seperti terlihat dalam  Surat 10 (Yuunus) : 61

“Betapa pentingnya urusanmu, apapun ayat Al-Qur’an yang kamu baca sehubungan dengan kepentinganmu itu , begitu pula pekerjaan yang dikerjakan olehmu dan umatmu semuanya, kami saksikan ketika kalian melakukannya. Dan tidak luput dari pengetahuan. Tuhanmu walaupun sebesar Atom, baik yang berada di bumi maupun yang berada di langit, baik yang lebih kecil maupun yang lebih besar, semuanya tercatat di dalam kitab yang terang.

 Bila kita melihat atau menelaah dari ayat tersebut bahwa segala masalah, sesulit apapun, kembalikan kepada Allah swt, dengan cara bertawakal.


 

BAB. IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Manajemen Organisasi persekolahan memiliki peranan penting dalam mencapai tujuan sekolah serta peningkatan mutu sekolah. Ketentuan perundangan memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk menyusun struktur beserta rincian tugas wewenang dan tanggung jawab dengan berpedoman kepada peraturan yang berlaku.
Kemudian Dalam pendelegasian wewenang, harus diberikan kepada yang ahlinya, sesuai dengan struktur organisasi yang telah disepakati. Seperti terlihat dalam Al-Qur’an surat Surat 6 (Al-An’aam) : 135

“ Katakanlah ! “ Hai kaumku, beramallah sepenuh kemampuanmu dalam bidangmu masing-masing, akupun beramal pula dalam bidangku. Kelak kamu akan mengetahui, siapakah diantara kita yang akan memperoleh hasil baik di akhirat dari amal kita itu”. Sungguh orang-orang zalim tidak akan mendapat kemenangan.

B.    Saran
Perlu adanya perbaikan struktur dalam sekolah terutama berkenaan dengan penjelasan rincian tugas, kewenangan serta tanggung jawab personil, dan pemilihan personil harus betul-betul sesuai dengan keahliannya. Kalau ada masalah yang sulit dipecahkan, kembalikan pada Allah swt.  Seperti terlihat dalam Surat 10 (Yuunus) : 61

“Betapa pentingnya urusanmu, apapun ayat Al-Qur’an yang kamu baca sehubungan dengan kepentinganmu itu , begitu pula pekerjaan yang dikerjakan olehmu dan umatmu semuanya, kami saksikan ketika kalian melakukannya. Dan tidak luput dari pengetahuan. Tuhanmu walaupun sebesar Atom, baik yang berada di bumi maupun yang berada di langit, baik yang lebih kecil maupun yang lebih besar, semuanya tercatat di dalam kitab yang terang.
















DAFTAR PUSTAKA

Permadi, D dan Arifin, D. (2007). Kepemimpinan Trasformasional Kepala Sekolah . (dan Komite Sekolah. Bandung : PT. Sarana Panca Karya Nusa.
Permadi, D. (2001). Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri Kepala Sekolah. Bandung : PT. Sarana Panca Karya Nusa
Mulyasa, E. (2009). Penelitian Tindakan Sekolah.  Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Mulyasa, E. (2009). Menjadi Kepala Sekolah Profesional.  Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Manulang, M. (1996). Dasar-Dasar Manajemen.  Jakarta : Ghalia Indonesia
Siagian, S. (1983). Filsafat Administrasi. Jakarta : Gunung Agung
Soerjani, W. (1997). Manajemen Personalia. Pelatihan Manajemen Pendidikan Bagi Kepala Sekolah Menengah Umum se –Indinesia di Surabaya. Jakarta: Dirjend Dikmen, Depdikbud.